Manusia
dan Kebudayaan
Disusun
oleh :
Nama : Anisa
Nur Arifah
NPM : 11514289
Kelas : 1PA15
Universitas
Gunadarma
2014
Bab 1
Pendahuluan
A.
Latar Belakang
Manusia atau orang dapat
diartikan berbeda-beda dari segi biologis, rohani, dan istilah kebudayaan,
atau secara campuran. Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens
(Bahasa Latin
yang berarti "manusia yang tahu"), sebuah spesies primata
dari golongan mamalia
yang dilengkapi otak
berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep
jiwa yang
bervariasi di mana, dalam agama, dimengerti dalam
hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup;
dalam mitos,
mereka juga seringkali dibandingkan dengan ras lain. Dalam antropologi
kebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya,
organisasi mereka dalam masyarakat majemuk
serta perkembangan teknologinya, dan terutama berdasarkan kemampuannya untuk
membentuk kelompok dan lembaga untuk dukungan satu sama lain serta pertolongan.
Kebudayaan sangat erat
hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski
mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh
kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat
itu adalah Cultural-Determinism.
Herskovits memandang kebudayaan
sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain,
yang kemudian disebut sebagai superorganic.
Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan
pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan
struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala
pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan
keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan
lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi,
kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut,
dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan
memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang
terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari,
kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah
benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa
perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku,
bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang
kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan
bermasyarakat.
Bab II
Pembahasan
Manusia dan kebudayaan sangatlah
berkaitan dimana ada sekumpulan manusia maka distulah terbentuk sebuah budaya,
sebuah tradisi yang akan selalu melekat. Ada dua pandangan yang akan kita
jadikan acuan untuk menjelaskan tentang unsur-unsur yang membangun manusia
a.
Manusia itu terdiri dari empat unsure yang
saling terkait, yaitu
1. Jasad,
yaitu badan kasar manusia yang Nampak
pada luarnya, dapat diraba dan difoto dan menempati ruang dan waktu
2. Hayat,
yaitu mengandung unsure hidup, yang ditandai dengan gerak
3. Ruh,
yaitu bimbingan dan pimpinan Tuhan, daya yang bekerja secara spiritual dan memahami kebenaran, suatu kemampuan mencipta
yang bersifat koseptual yang menjadi pusat lahirnya kebudayaan
4. Nafs,
yaitu dalam pengertian diri atau keakuan, yaitu kesadaran tentang diri sendiri
b.
Manusia sebagai satu kepribadian mengandung tiga unsure yaitu
1.
Id, yang merupakan struktur kepribadian yang
paling primitif dan paling tifak nampak.
2.
Ego, merupakan bagian atau struktur kepribadian
yang pertama kali dibedakan dari Id, seringkali disebut sebagai kepribadian
"eksekutif" karena peranannya dalarn menghubungkan energi Id ke dalam
saluran sosial yang dapat dimengerti oleh orang lain.
3.
Superego, merupakan struktur kepribadian yang paling
akhir, muncul kira-kira pada usia lima tahun. Dibandingkan dengan Id dan ego,
yang berkembang secara internal dalam diri individu, superego terbentuk dari
lingkungan ekstemal. Jadi superego merupakan kesatuan standar-standar moral
yang diterima oleh ego dari sejumlah agen yang mempunyai otoritas di dalam
lingkungan luar diri, biasanya merupakan asimilasi dari pandangan-pandangan
orang tua.
2.2 Hakekat Manusia
a. Mahluk ciptaan Tuhan yang terdiri dari tubuh
dan jiwa sebagai satu kesatuan yang utuh.
Tubuh adalah materi yang dapat dilihat, diraba, dirasa
wujudnya konkrit tetapi tidak abadi. Jika manusia itu meninggal, tubuhnya
hancur dan lenyap. Jiwa terdapat didalam tubuh tidak dapat dilihat, tidak dapat
diraba, sifatnya abstrak tetapi abadi
b. Mahluk
ciptaan Tuhan yang paling sempurna, jika dibandingkan dengan mahluk lainnya.
Kesempurnaannya terletak pada adab dan budayanya,
karena manusia dilengkapi oleh penciptanya dengan akal, perasaan, dan kehendak
yang terdapat didalam jiwa manusia. Dengan akal (ratio) manusia mampu
menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi. Adanya perasaan, manusia mampu
menciptakan kesenian. Daya rasa (perasaan) dalam diri manusia itu ada dua
macam, yaitu perasaan inderawi dan perasaan rohani.
c.
Mahluk biokultural, yaitu mahluk hayati yang
budayawi
Manusia adalah produk dari saling tindak atau
interaksi faktor-faktor hayati dan budayawi. Sebagai mahluk hayati, manusia
dapat dipelajari dari segi-segi anatomi, fisiologi atau faal, biokimia, dan
sebagainya. Sebagai mahluk budayawi manusia dapat dipelajari dari segi - segi
kemasayarakatan, kekerabatan, dan sebagainya
d.
Mahluk ciptaan Tuhan yang terikat dengan
lingkungan (ekologi), mempunyai kualitas dan
martabat karena kemampuan bekerja
dan berkarya
Hidup manusia mempunyai tiga taraf, yaitu estetis.
etis dan religius. Dengan kehidupan estetis, manusia mampu menangkap dunia
sekitarnya sebagai dunia yang mengagumkan dan mengungkapkan kembali (karya)
dalam lukisan, tarian, nyanyian yang indah. Dengan etis, manusia meningkatkan
kehidupan estetis ke dalam tingkatan manusiawi dalam bentuk-bentuk keputusan
bebas dan dipenanggungjawabkan. Dengan kehidupan religius. manusia menghayati
pertemuannya dengan Tuhan.
2.3 Kepribadian Bangsa Timur
Francis L.K Hsu. sarjana
Amerika keturunan Cina yang mengkombinasikan dalam dirinya keahlian di dalam
ilmu antropologi. ilmu psikologi, ilmu filsafat dan kesusastraan cina klasik.
Karya tulisnya berjudul Psychological Homeostatis Cina Klasik. Majalah
AmericanAnthropologist. jilid 73 tahun 1971, halaman 23-24.
Sampai sekarang, ilmu
psikologi di Negara-negara Barat itu terutama mengembangkan konsep-konsep dan
teori-teori mengenai aneka warna isi jiwa, serta metode-metode dan alat-alat
untuk menganalisis dan mngukur detail variasi isi jiwa individu itu.
Sebaliknya, ilmu itu masih kurang mengembangkan konsep-konsep yang dapat
menganalisis jaringan berkait antara jiwa individu dan lingkungan sosial budayanya.
Hsu telah mengembangkan suatu konsepsi. bahwa dalam jiwa manusia sebagai mahluk
sosial budaya itu mengandung delapan daerah yang seolah-olah seperti
lingkaran-lingkaran konsentris sekitar diri pribadi.
Nomor 7 dan nomor 6 disebut daerah tak sadar dan sub
sadar. Kedua lingkaran itu berada di daerah pedalaman dari alam jiwa individu dan
terdiri dari bahan pikiran dan gagasan yang telah terdesak ke dalam, sehingga
tidak disadari lagi oleh individu yang bersangkutan. Bahan pemikiran dan
gagasan tadi sering tidak utuh lagi. beberapa bagian sudah hilang terlupakan,
dan unsur-unsurnya ibarat isi impian sudah tidak lagi tersusun menurut logika
yang biasa dianut manusia dalam hidupnya sehari-hari.
Nomor 5 disebut kesadaran yang tak dinyatakan (
unexpressed conscious ) . Lingkaran itu terdiri dari pikiran-pikiran dan
gagasan-gagasan yang disadari oleh si individu yang bersangkutan, tetapi
disimpannya saja di dalam alam jiwanya sendiri dan tak dinyatakan kepada
siapapun juga dalam lingkungannya.
Nomor 4 disebut kesadaran yang dinyatakan (
expressed conscious ). Lingkaran ini di dalam alam jiwa manusia mengandung
pikiran-pikiran, gagasan-gagasan, dan perasaan-perasaan yang dapat dinyatakan
secara terbuka oleh si individu kepada sesamanya, yang dengan mudah diterima
dan dijawab oleh sesamanya.
Nomor 3 disebut lingkaran hubungan karib, mengandung
konsepsi tentang orang-orang. binatang-binatang, atau benda-bnda yang oleh si
individu diajak bergaul secara mesra dan karib. yang bisa dipakai sebagai
tempat berlindung dan tempat mencurahkan isi hati apabila ia sedang terkena
tekanan batin atau dikejar-kejar oleh kesedihan dan oleh masalah-masalah hidup
yang menyulitkan. Orang tua, saudara sekandung, kerabat dekat, sahabat karib,
biasanya merupakan penghuni penting dari daerah nomor 3 dalam alam pikiran
manusia.
Nomor 2 disebut lingkungan hubungan berguna. tidak
lagi ditandai oleh sikap sayang dan
mesra, melainkan ditentukan oleh fungsi kegunaan dari orang, binatang atau
bcnda-benda itu bagi dirinya. Bagi seorang murid. guru berada didaerah
lingkungan 2 dari alam pikirannya, bagi seorang pedagang, para pembelinya ada
di situ, bagi seorang tukang cukur langganannyalah berada di situ dan
sebagainya.
Nomor 1 disebut lingkaran hubungan jauh, terdiri
dari pikiran dan sikap dalam alam jiwa manusia tentang manusia, benda-benda,
alat-alat, pengetahuan dan adat yang ada dalam kebudayaan dan masyarakat
sendiri, tetapi yang jarang sekali mempunyai arti dan pengaruh langsung
terhadap kehidupan sehari-hari.
Nomor 0 disebut lingkungan dunia Iuar, terdiri dari
pikiran-pikiran dan anggapan-anggapan yang hampir sama dengan pikiran yang
terletak dalam lingkungan nomor 1, hanya
bedanya terdiri dari pikiran-pikiran dan anggapan-anggapan tentang orang dan
hal yang terletak di luar masyarakat dan negara Indonesia, dan ditanggapi oleh
individu bersangkutan dengan sikap masa bodoh.
Pada bagan psiko-sosiagram, daerah lingkaran nomor 4
dibatasi oleh garis yang digambarkan lebih tebal daripada yang lain. Garis itu
menggambarkan batas dari alam jiwa individu yang dalam ilmu psikologi disebut
personality atau "kepribadian", Sebagian besar dari isi jiwa manusia
( termasuk yang telah didesak ke dalam daerah tak sadar dan sub sadar),
sebagian besar dari pengetahuan dan pengertiannya tentang adat-istiadat dan
kebudayaannya. sebagian besar dari pengetahuan dan pengertiannya tentang
lingkungan, dan sebagian besar dari nilai budaya dan norma-norma yang dianutnya
, menurut ilmu psikologi barat terkandung dalam kepribadian manusia
2.4
Kebudayaan
Definisi kebudayaan menurut beberpa arti
·
E.B.Tylor
Kebudayaan adalah
kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat
istiadat dan kemampuan kemampuan lain serta kebiasaan - kebiasaan yang
didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
·
Selo Sumarjan dan Soelaeman Soemardi
kebudayaan sebagai
semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan
teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah yang diperlukan
oleh manusia untuk menguasai alam sekitamya, agar kekuatan serta hasilnya dapat
diabdikan untuk masyarakat.
·
Sutan Takdir Alisyahbana
Kebudayaan adalah
manifestasi dari cara berpikir, hal ini amat luas apa yang disebut kebudayaan :
sebab semua laku dan perbuatan tercakup didalamnya, dan dapat diungkapkan pada
basis dan cara berpikir, perasaan juga maksud pikiran.
·
Koentjaraningrat
Kebudayaan berarti keseluruhan
gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakannya dengan belajar beserta
keseluruhan dari hasil budi pekertinya.
·
A.L Krober dan C.Kluckhon
Kebudayaan adalah menifestasi atau
penjelmaan kerja jiwa manusia dalam arti seluas-luasnya.
·
C.A.Van Peursen
Kebudayaan diartikan sebagai
manifestasi kehidupan setiap orang, dan kehidupan setiap kelompok orang-orang,
berlainan dengan hewan-hewan, maka manusia tidak hidup begitu saja ditengah
alam, melainkan selalu mengubah alam.
·
Kroeber dan Klukhon
Kebudayaan terdiri atas berbagai
pola, bertingkah laku mantap, pikiran, perasaan dan reaksi yang diperoleh dan
terutama diturunkan oleh simbol-simbol yang menyusun pencapaiannya secara
tersendiri dari kelompok-kelompok manusia, termasuk didalamnya perwujudan
benda-benda materi, pusat esensi kebudayaan terdiri atas tradisi dan cita-cita atau
paham, dan terutama keterikatan terhadap nilai-nilai.
C.Kluckhohn di dalam karyanya berjudul
Universal Categories of Culture mengemukakan, bahwa ada tujuh unsur kebudayaan
universal,yaitu :
1. Sistem religi (sistem
kepercayaan)
Merupakan produk manusia sebagai homo religious.
2. Sistem organisasi kemasyarakatan
Merupakan produk manusia sebagai homo socius.
3. Sistem pengetauan
Merupakan produk manusia sebagai homo sapiens.
4. Sistem mata pencaharian hidup
dan sistem-sistem ekonomi
Merupakan produk manusia sebagai homo ecconomicus.
5. Sistem teknologi dan peralatan
Merupakan produk dari manusia sebagai homo faber.
6. Bahasa
Merupakan produk dari manusia sebagai homo longuens.
7. Kesenian
Merupakan hasil dari manusia sebagai homo aesteticus
Curtural universal tersebut, dapat
dijabarkan lagi ke dalam unsur-unsur yang lebih kecil. Disebut
kegiatan-kegiatan kebudayaan atau cultural activity. Curtural activity dapat
dibagi lagi menjadi unsur-unsur yang
lebih kecil lagi yang disebut trait-complex.
2.6 Wujud kebudayaan
Menurut
dimensi wujudnya, kebudayaan mempunyai tiga wujud yaitu
1.
Kompleks gagasan, konsep dan pikiran manusia :
Wujud ini disebut sistem budaya,
sifatnya abstrak, tidak dapat dilihat, dan berpusat pada kepala-kepala manusia
yang menganutnya, atau dengan perkataan lain, dalam alam pikiran warga
masyarakat dimana kebudayaan bersangkutan hidup
2.
Kompleks aktivitas :
Berupa aktivitas manusia yang
saling berinteraksi, bersifat kongkret, dapat diarnati atau diobservasi. Wujud
ini sering disebut sistem sosial.
3.
Wujud sebagai benda
Aktivitas manusia yang saling
berinteraksi tidak lepas dari berbagai penggunaan peralatan sebagai hasil karya
manusia untuk mencapai tujuannya. Aktivitas karya manusia tersebut menghasilkan
benda untuk berbagai keperluan hidupnya.
2.7 Oriental nilai budaya
Kebudayaan
sebagai karya manusia memiliki sistem nilai. Menurut C.kluckhoohn dalam
karyanya Variatos in Value Orientation (1961) sistem nilai budaya dalam semua
kebudayaan didunia, secara universal menyangkut lima masalah pokok kehidupan
manusia, yaitu seperti pada bagan berikut :
2.8 Perubahan kebudayaan
·
Berbagai faktor yang mempengaruhi diterima atau
tidaknya suatu unsure kebudayaan baru diantaranya :
a.
Terbatasnya masyarakat memiliki hubungan atau
kontak dengan kebudayaan dan dengan orang-orang yang berasal dari luar masyarakat
tersebut.
b.
Jika pandangan hidup dan nilai-nilai yang
dominan dalam suatu kebudayaan ditentukan oleh nilai-nilai agama, dan ajaran
ini terjalin erat dalam keseluruhan pranata yang ada,maka penerimaan unsur baru
itu mengalami hambatan dan hams disensor dulu oleh berbagai ukuran yang
berlandaskan ajaran agama yang berlaku.
c.
Corak struktur sosial suatu masyarakat turut
menentukan proses penerimaan kebudayaan baru. Misalnya sistem otoriter akan
sukar menerima unsur kebudayaan baru.
d.
Suatu unsur kebudayaan diterima jika sebelumnya
sudah ada unsur-unsur kebudayaan yang menjadi landasan bagi diterimanya unsur
kebudayaan yang baru tersebut.
e.
Apabila
unsur yang barn itu memiliki skala kegiatan yang terbatas, dan dapat dengan
mudah dibuktikan kegunaannya oleh warga masyarakat yang bersangkutan.
·
Gerak manusia terjadi oleh karena ia mengadakan
hubungan-hubungan dengan manusia lainnya. Artinya, karena terjadi hubungan
antar kelompok manusia di dalam masyarakat
Terjadi gerak /
perubahan ini disebabkan oleh beberapa hal :
1. Sebab-sebab
yang berasal dari dalam masyarakat dan kebudayaan sendiri, misalnya perubahan
jumlah dan komposisi penduduk.
2. Sebab-sebab
perubahan lingkungan alam dan fisik tempat mereka hidup. Masyarakat yang
hidupnya terbuka. yang berada dalam jalur-jalur hubungan dengan masyarakat dan
kebudayaan lain. cenderung untuk berubah lebih cepat.
2.9 Kaitan manusia dan kebudayaan
Secara
sederhana hubungan antara manusia dan kebudayaan adalah :
·
Manusia
sebagai perilaku kebudayaan
·
Kebudayaan
merupakan obyek yang dilaksanakan manusia.
Dalam
sosiologi manusia dan kebudayaan dinilai sebagai dwitunggal, maksudnya bahwa
walaupun keduanya berbeda tetapi keduanya merupakan suatu kesatuan. Contoh
sederhana yang dapat kita lihat adalah hubungan antara manusia dengan
peraturan-peraturan kemasyarakatan. Pada saat awalnya peraturan itu dibuat oleh
manusia, setelah peraturan itu jadi maka manusia yang membuatnya harus patuh
kepada peraturan yang dibuatnya sendiri itu. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa manusia tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan, karen a kebudayaan itu
merupakan perwujudan dari manusia itu sendiri. Apa yang tercakup dalam satu
kebudayaan tidak akan jauh menyimpang dari kemauan manusia yang membuatnya.
Dari sisi
lain, hubungan antara manusia dan kebudayaan ini dapat dipandang setara dengan
hubungan antara manusia dengan masyarakat dinyatakan sebagai dialektis,
maksudnya saling terkait satu sama lain.
Proses
dialektis ini tercipta melalui 3 tahap, yaitu:
·
Eksternalisasi, yaitu proses dimana manusia
mengekspresikan dirinya dengan
membangun dunianya.
·
Obyektivasi, yaitu proses dimana masyarakat
menjadi realitas obyektif. yaitu suatu kenyataan yang terpisah dari manusia dan
berhadapan dengan manusia.
·
Intemalisasi, yaitu proses dimana masyarakat
disergap kembali oleh manusia. Maksudnya bahwa manusia mempelajari kembali
masyarakatnya sendiri agar dia dapat hidup dengan baik, sehingga manusia
menjadi kenyataan yang dibentuk oleh masyarakat.
Manusia dan kebudayaan, atau manusia dan masyarakat, oleh kerana itu
mempunyai hubungan keterkaitan yang erat satu sama lain. Pada kondisi sekarang ini
kita tidak dapat lagi membedakan mana yang lebih awal muncul manusia atau
kebudayaan.
Daftar Pustaka
Nugroho.Widyo, Muchji.Ahmad (1994). Ilmu Budaya Dasar. Jakarta:
Gunadarma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar