Rabu, 05 November 2014

MANUSIA DAN KEINDAHAN



Manusia dan Keindahan
 




Disusun oleh :
Nama : Anisa Nur Arifah
NPM : 11514289
Kelas : 1PA15





Universitas Gunadarma
Jl. KH Noer Ali, Kalimalang Bekasi telp (021) 88860117





    A.  Latar Belakang 
Keindahan merupakan sesuatu yang dimiliki oleh setiap manusia. Setiap manusia tersebut memiliki keindahan yang berbeda dan pandangan keindahan yang berbeda. Keindahan identic dengan kebenaran. Keindahan kebenaran dan kebenaran adalah keindahan. Keduanya mempunyai nilai yang sama yaitu abadi, dan mempunyai daya Tarik yang selalu bertambah.

5.1 Keindahan

  • Pengertian Keindahan

            Kata keindahn berasal dari kata indah, artinya bagus, permai, cantik, elok, moleh dan sebagianya. Keindah itu suatu konsep abstrak yang tidak dapat dinikmati karena tidak jelas. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, keindahan diartikan sebagai keadaan yang enak dipandang, cantik, bagus benar atau elok. Keindahan dipelajari sebagai bagian dari estetika, sosiologi, psikologi sosial, dan budaya.
  • Perbedaan Keindahan sebagai Kualitas Abstrak dengan Keindahan sebagai sebuah Benda tertentu yang indah
Untuk perbadaan ini dalam Bahasa inggris sering dipergunakan istilah beauty (keindahan) dan the beautiful (benda atau hal yang indah). Dalam pembatasan filsafat kedua pengertian itu kadang-kadang dicampuradukan saja. Disamping itu terdapat pula perbedaan menurut luasnya pengertian, yaitu :
1.      Keindahan dalam arti yang luas
2.      Keindahan dalam arti estetis murni
3.      Keindahan dalam arti terbatas dalam hubungannya dengan penglihatan.
  •   Keindahan yang seluas-luasnya       
Keindahan dalam arti luas merupakan pengertian semula dari bangsa Yunani dulu yang didalamnya tercakup pula kebaikan. Plato misalnya menyebut tentang watak yang indah dan hukwn yang indah, sedang Aristoteles merumuskan keindahan sebagi sesuatu yang selain baik juga menyenangkan. Pengertian keimdahan yang seluas-luasnya meliputi :
1.      Keindahan seni
2.      Keindahan alam
3.      Keindahan moral
4.      Keindahan intelektual
  •  Nilai Estetik
Nilai estetik adalah salah satu cabang filsafat yang membahas keindahan. Estetika merupakan ilmu membahas bagaimana keindahan bisa terbentuk, dan bagaimana supaya dapat merasakannya. Pembahasan lebih lanjut mengenai estetika adalah sebuah filosofi yang mempelajari nilai-nilai sensoris yang kadang dianggap sebagai penilaian terhadap sentimen dan rasa. Estetika merupakan cabang yang sangat dekat dengan filosofi seni.
  • Perbedaan Nilai Ekstrinsik dan Nilai Instrinsik
Niali ekstrinsik adalah sifat baik dari seuatu benda sebagai alat sarana untuk sesuatu hal lainnya (instrumental/contributory value), yakni nilai yang bersifat sebagai alat atau membantu.
Nilai intrinsik adalah sifat baik dari benda yang bersangkutan, atau sebagai suatu tujuan, ataupun demi kepentingan benda itu sendiri.
  • Kontemplasi dan Ekstansi
Kontemplasi adalah dasar dalam diri manusia untuk menciptakan sesuatu yang indah. Ekstansi adalah dasar dalam diri manusia untuk menyatakan, merasakan dan menikmati sesuatu yang indah.
Apabila kedua dasar ini dihubungkan dengan bentuk diluar diri manusia, maka akan terjadi penilaian bahwa sesuatu itu indah. Dan bila kontemplasi dan ekstansi itu dihubungkan dengan kreativitas, maka kontemplasi itu faktor pendorong untuk menciptak keindahan, sedangkan ekstansi itu merupakan faktor pendorong untuk merasakn, menikmati keindahan.

5.2 Renungan
  • Teori-teori dalam renungan
a.      Teori Pengungkapan
Dalil dari teori ini ialah bahwa “Art is an expression of human feeling” (seni adalah suatu pengugkapan dari perasaan manusia). Teori ini terutama bertalian dengan apa yang dialami oleh seseorang seniman ketika menciptakan karya seni.
Tokoh teori ekspresi yang paling terkenal ialah filsuf Italia Benedeto Croce (1886-1952), beliau amenyatakan bahwa “art is expression of impressions” (Seni adalah pengungkapan dari kesan-kesan) expression adalah sama dengan intuition. Dan intuisi adalah pengetahuan intuitif yang diperoleh melalui penghayatan tentang hal-hal individu yang menghasilkan gambaran angan-angan (images).
Seorang tokoh lainnya dari teori pengungkapan adalah Leo Tolstoi dia menegaskan bahwa kegiatan seni adalah memunculkan itu kemudian denagn perantaraan berbagai gerak, gari, warna, suara dan bentuk yang diungkapkan dalam kata-kata memindahkan perasaan itu sehingga orang-orang mengalami perasaan yang sama.
b.      Teori Metafisik
Teori seni yang bercorak metafisis merupakan salah satu teori yang tertua, yaitu berasal dari Plato yang karya-karya tulisannya untuk sebagian membahas estetik filsafat, konsepsi keindahan dan teori seni.  Mengenai sumber seni Plato mengemukakan suatu peniruan (imitation theory). Ini sesuai dengan metafisik Plato yang mengendalikan adanya dunia ide pada taraf yang tertinggi sebagai realita ilahi. Pada taraf yang rendah terdapat realita duniawi ini yang merupakan cerminan semu dan mirip dengan realita ilahi itu. Dan karya seni yang dibuat manusia itu hanyalah merupakan minemis (tiruan) dari realita duniawi.
c.       Teori Psikologi
Teori-teori metafisis dari para filsuf yang bergerak diatas taraf manusia dengan konsepsi-konsepsi tentang ide tertinggi atau kehendak semesta umumnya tidak memuaskan, karena terlampau abstrak dan spekulatif. Sebagai ahli estetik dalm abad modern menelaah teori-teori seni dari sudut hubungan karya seni dan alam pikiran penciptanya dengan mempergunkan metode-metode psikologi. Misalnya berdasarkan psikoanalisa dikemukakan teori bahwa proses penciptaan seni adalah pemenuhan keinginan-keinginan bahwa sadar dari seseorang seniman. Sedang karya seninya itu merupakan bentuk terselubung atau diperhalus yang diwujudkan keluar dari keinginan-keinganan itu.

5.3 Keserasian
  • Teori – teori keserasian
a.      Teori Obyektif dan Teori Subyektif
The Liang Gie dalam bukunya garis besar estetika menjelaskan, bahwa dalam mencipta seni ada dua teori obyektif dan teori subyektif. Salah satu persoalan pokok dari teori keindahan adalah mengenai sifat dasar dari keindahan. Apakah keindahan merupakan sesuatu yang ada pada benda indah atau hanya terdapat dalam alam pikiran orang mengamati benda tersebut. Dari persoalan-persoalan tersebut lahirlah dua kelompok teori yang terkenal sebagai teori subyektif.
b.      Teori Perimbangan
Teori obyektif memandang keindahan sebagai suatu kwalita dari benda-benda: Kwalita bagaimana yang menyebabkan sesuatu benda disebut indah telah dijwab oleh bangsa Yunani Kuno dengan teori perimbangan yang bertahan sejak abad 5 sebelum masehi sampai abad 17 di Eropa. Sebagai contoh bangunan arsitektur Yunani kuno yang berupa banyak tiang besar.





Referensi :
Nugroho.Widyo, Muchji.Ahmad (1994). Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Gunadarma