Manusia
dan Keindahan
Disusun oleh :
Nama : Anisa Nur Arifah
NPM : 11514289
Kelas : 1PA15
Universitas Gunadarma
Jl. KH Noer Ali, Kalimalang Bekasi telp (021)
88860117
A. Latar Belakang
Keindahan merupakan
sesuatu yang dimiliki oleh setiap manusia. Setiap manusia tersebut memiliki
keindahan yang berbeda dan pandangan keindahan yang berbeda. Keindahan identic dengan
kebenaran. Keindahan kebenaran dan kebenaran adalah keindahan. Keduanya mempunyai
nilai yang sama yaitu abadi, dan mempunyai daya Tarik yang selalu bertambah.
5.1 Keindahan
- Pengertian Keindahan
Kata keindahn
berasal dari kata indah, artinya bagus, permai, cantik, elok, moleh dan sebagianya.
Keindah itu suatu konsep abstrak yang tidak dapat dinikmati karena tidak jelas.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, keindahan
diartikan sebagai keadaan yang enak dipandang, cantik, bagus benar atau elok.
Keindahan dipelajari sebagai bagian dari estetika, sosiologi, psikologi sosial,
dan budaya.
- Perbedaan Keindahan sebagai Kualitas Abstrak dengan Keindahan sebagai sebuah Benda tertentu yang indah
Untuk perbadaan ini dalam
Bahasa inggris sering dipergunakan istilah beauty (keindahan) dan the beautiful
(benda atau hal yang indah). Dalam pembatasan filsafat kedua pengertian itu
kadang-kadang dicampuradukan saja. Disamping itu terdapat pula perbedaan
menurut luasnya pengertian, yaitu :
1. Keindahan
dalam arti yang luas
2. Keindahan
dalam arti estetis murni
3. Keindahan
dalam arti terbatas dalam hubungannya dengan penglihatan.
- Keindahan yang seluas-luasnya
Keindahan dalam arti luas
merupakan pengertian semula dari bangsa Yunani dulu yang didalamnya tercakup
pula kebaikan. Plato misalnya menyebut tentang watak yang indah dan hukwn yang
indah, sedang Aristoteles merumuskan keindahan sebagi sesuatu yang selain baik
juga menyenangkan. Pengertian keimdahan yang seluas-luasnya meliputi :
1. Keindahan
seni
2. Keindahan
alam
3. Keindahan
moral
4. Keindahan
intelektual
- Nilai Estetik
Nilai estetik adalah salah
satu cabang filsafat
yang membahas keindahan.
Estetika merupakan ilmu membahas bagaimana keindahan bisa terbentuk, dan
bagaimana supaya dapat merasakannya. Pembahasan lebih lanjut mengenai estetika
adalah sebuah filosofi yang mempelajari nilai-nilai sensoris yang kadang
dianggap sebagai penilaian terhadap sentimen dan rasa. Estetika merupakan
cabang yang sangat dekat dengan filosofi seni.
- Perbedaan Nilai Ekstrinsik dan Nilai Instrinsik
Niali ekstrinsik adalah
sifat baik dari seuatu benda sebagai alat sarana untuk sesuatu hal lainnya
(instrumental/contributory value), yakni nilai yang bersifat sebagai alat atau
membantu.
Nilai intrinsik adalah
sifat baik dari benda yang bersangkutan, atau sebagai suatu tujuan, ataupun
demi kepentingan benda itu sendiri.
- Kontemplasi dan Ekstansi
Kontemplasi adalah dasar
dalam diri manusia untuk menciptakan sesuatu yang indah. Ekstansi adalah dasar
dalam diri manusia untuk menyatakan, merasakan dan menikmati sesuatu yang indah.
Apabila kedua dasar ini
dihubungkan dengan bentuk diluar diri manusia, maka akan terjadi penilaian
bahwa sesuatu itu indah. Dan bila kontemplasi dan ekstansi itu dihubungkan
dengan kreativitas, maka kontemplasi itu faktor pendorong untuk menciptak
keindahan, sedangkan ekstansi itu merupakan faktor pendorong untuk merasakn,
menikmati keindahan.
5.2 Renungan
- Teori-teori dalam renungan
a.
Teori
Pengungkapan
Dalil dari teori ini ialah bahwa “Art is an expression of human feeling” (seni
adalah suatu pengugkapan dari perasaan manusia). Teori ini terutama bertalian
dengan apa yang dialami oleh seseorang seniman ketika menciptakan karya seni.Tokoh teori ekspresi yang paling terkenal ialah filsuf Italia Benedeto Croce (1886-1952), beliau amenyatakan bahwa “art is expression of impressions” (Seni adalah pengungkapan dari kesan-kesan) expression adalah sama dengan intuition. Dan intuisi adalah pengetahuan intuitif yang diperoleh melalui penghayatan tentang hal-hal individu yang menghasilkan gambaran angan-angan (images).
Seorang tokoh lainnya dari teori pengungkapan adalah Leo Tolstoi dia menegaskan bahwa kegiatan seni adalah memunculkan itu kemudian denagn perantaraan berbagai gerak, gari, warna, suara dan bentuk yang diungkapkan dalam kata-kata memindahkan perasaan itu sehingga orang-orang mengalami perasaan yang sama.
b. Teori Metafisik
Teori seni yang bercorak metafisis merupakan
salah satu teori yang tertua, yaitu berasal dari Plato yang karya-karya
tulisannya untuk sebagian membahas estetik filsafat, konsepsi keindahan dan
teori seni. Mengenai sumber seni Plato mengemukakan suatu peniruan
(imitation theory). Ini sesuai dengan metafisik Plato yang mengendalikan adanya
dunia ide pada taraf yang tertinggi sebagai realita ilahi. Pada taraf yang
rendah terdapat realita duniawi ini yang merupakan cerminan semu dan mirip
dengan realita ilahi itu. Dan karya seni yang dibuat manusia itu hanyalah
merupakan minemis (tiruan) dari realita duniawi.
c. Teori Psikologi
Teori-teori metafisis dari para filsuf yang
bergerak diatas taraf manusia dengan konsepsi-konsepsi tentang ide tertinggi
atau kehendak semesta umumnya tidak memuaskan, karena terlampau abstrak dan
spekulatif. Sebagai ahli estetik dalm abad modern menelaah teori-teori seni
dari sudut hubungan karya seni dan alam pikiran penciptanya dengan mempergunkan
metode-metode psikologi. Misalnya berdasarkan psikoanalisa dikemukakan teori
bahwa proses penciptaan seni adalah pemenuhan keinginan-keinginan bahwa sadar
dari seseorang seniman. Sedang karya seninya itu merupakan bentuk terselubung
atau diperhalus yang diwujudkan keluar dari keinginan-keinganan itu.5.3 Keserasian
- Teori – teori keserasian
a. Teori Obyektif dan Teori Subyektif
The Liang Gie dalam bukunya garis besar estetika
menjelaskan, bahwa dalam mencipta seni ada dua teori obyektif dan teori
subyektif. Salah satu persoalan pokok dari teori keindahan adalah mengenai
sifat dasar dari keindahan. Apakah keindahan merupakan sesuatu yang ada pada
benda indah atau hanya terdapat dalam alam pikiran orang mengamati benda
tersebut. Dari persoalan-persoalan tersebut lahirlah dua kelompok teori yang terkenal
sebagai teori subyektif.
b. Teori Perimbangan
Teori obyektif memandang keindahan sebagai suatu
kwalita dari benda-benda: Kwalita bagaimana yang menyebabkan sesuatu benda
disebut indah telah dijwab oleh bangsa Yunani Kuno dengan teori perimbangan
yang bertahan sejak abad 5 sebelum masehi sampai abad 17 di Eropa. Sebagai
contoh bangunan arsitektur Yunani kuno yang berupa banyak tiang besar.
Referensi :
Nugroho.Widyo,
Muchji.Ahmad (1994). Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Gunadarma