Kamis, 30 Oktober 2014

Tokoh Psikometri



Louis Leon Thurstone



  •       Biografi Louis Leon Thurstone


              Louis Leon Thurstone lahir di Chicago pada tanggal 29 mei 1887 dan meninggal pada 30 september tahun 1955, Thurstone merupakan keturunan Swedia asli. AyahThurstone merupakan seorang instruktur/pelatih matematika di kemiliteran Swedia,kemudian ayahnya menjadi menteri Luthera, editor surat kabar, dan seorang penerbit. Ibu Thurstone merupakan seseorang yang tertarik dalam bidang musik dan memiliki bakat dalam bidang musik. Adik Thurstone yang bernama Adele (2 tahun lebih muda) telah mulai bermain piano sejak kecil dan akhirnya menyelesaikan kuliahnya pada bidang senimusik.Pada saat di bangku SMA, Thurstone memenangkan kompetisi geometri. Pada tahun 1912, Thurstone menerima gelar sarjana di bidang Teknik Mesin di Universitas Cornell. Pada saat kuliah di Universitas Cornell, Thurstone menjadi asisten di laboratorium Thomas Edison. Pada musim gugur tahun 1912, Thurstone menjadi instruktur di bidang teknik mesin di Universitas Minnesota, dimana ia mengajari  geometri dan drifting. Di sana ia mengambil pelatihan pertamanya dalam psikologi eksperimen dan memulai pembelajarannya mengenai fungsi pembelajaran. Pada musim panas 1914, ia telah lulus dalam bidang psikologi di Universitas Chicago.
Louis Leon Thurstone adalah seorang psikolog Amerika yang juga menjadi tokoh penting dalam perkembangan teori psikometrik, di ranah ilmu pengetahuan psikologi. Selain itu ia juga terkenal dengan teknik statistik untuk mengukur keterampilan dan kepribadian seseorang yang kemudiannya berguna bagi tes psikologi. Ia juga mengembangkan skala ukuran psikologis, penilaian sikap, dan teori untuk tes, di antara banyak kontribusi yang berpengaruh lainnya. Thurstone lahir di Chicago pada 29 September 1955, dan meninggal di Chapel Hill pada tanggal 29 September 1955. Di zamannya, terutama di kalangan pemikir psikologi, ia lebih dikenal dengan seorang tokoh yang bergelut dengan persoalan psikometrik, bersamaan dengan itu ia juga dikenal sebagai pelopor pengukuran mental dan pengujian melalui metode kuantitatif. Di dalam teori psikometrik, Thurstone berfokus dengan 7 Primary Mental Abilities yang ia rumuskan berdasarkan pendekatan analisa faktor.     
            Dalam usianya yang hanya 64 tahun, Thurstone mendapat banyak penghargaan diantaranya, American Psychological Association (1949), Penghargaan Centennial, Northwestern University (1951), Doktor Kehormatan, Universitas Gothrnburg (1945). Thurstone adalah Presiden American Psychological Association (1932) dan Presiden pertama Psikometri American Society (1936)
            Pada musim gugur 1915, thurstone diterima sebagai asisten di Departemen Psikologi yang masih baru dan aktif di Institusi Teknologi Carnegie, dimana penekananya adalah pada ilmu psikologi terapan. Ia menerima gelar Doktor dari Chicago pada tahun 1917, kemudian ia di promosikan ke Carnegie, hingga ia menerima gelar Professor dan menjadi kepala departemen pada 1920, sebuah posisi yang dipegangnya sampai 1932. Pada musim panas 1924 ia menikah dengan Thelma Gwinn yang merupakan mahasiswi lulusan jurusan psikologi. Pada musim gugur 1924 ia menjadi bagian dari Asosiasi Professor Psikologi di Universitas Chicago. Pada tahun 1952 ia mendirikan Laboratorium Psikometri di Divisi Social Sciences. Thurstone di Chicago.

  •       Metode Psikometri

Dalam metode psikometrinya Thurstone terkenal dengan cara pendekatan analisa-faktor. Dengan pendekatan analisa faktor ini, ia sampai pada kesimpulan bahwa dalam inteligensi tidak ada faktor umum (”general factor” atau faktor-G), melainkan hanya ada faktor-faktor khusus (”specific factors” atau faktor S). Ia mengemukakan ada 7 faktor-S yang paling dasar. Yang disebutnya “Primary Mental Abilities“, yaitu :
1. Pengertian verbal
2. Kemampuan angka-angka
3. Penglihatan ke ruangan
4. Kemampuan penginderaan
5. Ingatan
6. Penalaran
7. Kelancaran kata-kata
Karya-karyanya :
a. The Measurement of Attitude (1929)
b. The Vectors of Mind (1935)
c. Primary Mental Abilities (1938)

  •  Analisis Louis Leon Thurstone & Thelma Gwinn Thurstone

Teori inteligensi L.L. Thurstone & T.G. Thrustone juga dapat dikategorikan sebagai teori inteligensi yang berorientasi factor ganda. Dari hasil analisis faktor yang mereka lakukan terhadap data skor rangkaian 56 tes yang dilancarkan pada siswa sekolah lanjutan di Chicago, mereka tidak menemukan bukti mengenai adanya faktor inteligensi umum. Menurut L.L. Thurstone, faktor umum tersebut memang tidak ada. Yang benar adalah bahwa inteligensi dapat digambarkan sebagi terdiri atas sejumlah kemampuan mental primer.
Berdasarkan hasil analisis tersebut, mereka mengatakan bahwa kemampuan mental dapat dikelompokan ke dalam enam faktor dan bahwa inteligensi dapat diukur dengan melihat sampel perilaku seseorang dalam keenam bidang dimaksud. Suatu perilaku inteligen, menurut keduanya, adalah hasil dari bekerjanya kemampuan mental tertentu yang menjadi dasar performansi dalam tugas tertentu pula.
Dari hasil studi yang telah mereka lakukan, Thurstone menyusun Tes Kemampuan Primer Chicago dan menguraikan keenam faktor kemampuan sebagai berikut :
            V: (verbal), yaitu pemahaman akan hubungan kata, kosakata, dan penguasaan       
     komunikasi lisan.
            N: (number), yaitu kecermatan dan kecepatan dalam penggunaan fungsi-fungsi hitung
      dasar.
            S: (spatial), yaitu kemampuan untuk mengenali berbagai hubungan dalam bentuk visual.
            W: (word fluency), yaitu kemampuan untuk mencerna kata-kata tertentu dengan cepat.
            M: (memory), yaitu kemampuan mengingat gambar-gambar, pesan-pesan, angka-angka,
       kata-kata, dan bentuk-bentuk pola.

R: (reasoning), yaitu kemampuan untuk mengambil kesimpulan dari berbagai contoh,
                 aturan, atau prinsip. Dapat juga diartikan sebagai kemampuan pemecahan masalah.
Penelitaian L.L. Thurstone & T.G. Thurstone selanjutnya menunjukan bahwa keenam faktor tersebut tidaklah terpisah secara eksklusif dan tidak pula independen satu sama lain. Oleh karena itu, kesimpulan mereka, terdapat suatu faktor umum lain yang lebih rendah tingkatannya berupa suatu faktor-g tingkat dua. Faktor-g tingkat dua inilah yang menjadi dasar bagi semua faktor-faktor lain.

 

Daftar Pustaka

http://id.wikipedia.org/wiki/Louis_leon_Thurstone

http://www.academia.edu/4857344/TOKOH_INTELIGENSI_THURSTONE

http://paul-arjanto.blogspot.com/2011/12/tes-kecerdasan-inteligence-test.html

 

 

 

 

Sabtu, 25 Oktober 2014

Manusia dan Kebudayaan



Manusia dan Kebudayaan


Disusun oleh :
Nama : Anisa Nur Arifah
NPM : 11514289
Kelas : 1PA15



Universitas Gunadarma
2014



Bab 1

Pendahuluan


A.      Latar Belakang

Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda dari segi biologis, rohani, dan istilah kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin yang berarti "manusia yang tahu"), sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang
bervariasi di mana, dalam agama, dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup; dalam mitos, mereka juga seringkali dibandingkan dengan ras lain. Dalam antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam masyarakat majemuk serta perkembangan teknologinya, dan terutama berdasarkan kemampuannya untuk membentuk kelompok dan lembaga untuk dukungan satu sama lain serta pertolongan.

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.
Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.



Bab II

Pembahasan

2.1 Manusia
Manusia dan kebudayaan sangatlah berkaitan dimana ada sekumpulan manusia maka distulah terbentuk sebuah budaya, sebuah tradisi yang akan selalu melekat. Ada dua pandangan yang akan kita jadikan acuan untuk menjelaskan tentang unsur-unsur yang membangun manusia

a.       Manusia itu terdiri dari empat unsure yang saling terkait, yaitu
1.       Jasad, yaitu badan kasar manusia yang  Nampak pada luarnya, dapat diraba dan difoto dan menempati ruang dan waktu
2.       Hayat, yaitu mengandung unsure hidup, yang ditandai dengan gerak
3.       Ruh, yaitu bimbingan dan pimpinan Tuhan, daya yang bekerja secara spiritual dan  memahami kebenaran, suatu kemampuan mencipta yang bersifat koseptual yang menjadi pusat lahirnya kebudayaan
4.       Nafs, yaitu dalam pengertian diri atau keakuan, yaitu kesadaran tentang diri sendiri

           b.      Manusia sebagai satu kepribadian mengandung  tiga unsure yaitu
1.       Id, yang merupakan struktur kepribadian yang paling primitif dan paling tifak nampak.
2.       Ego, merupakan bagian atau struktur kepribadian yang pertama kali dibedakan dari Id, seringkali disebut sebagai kepribadian "eksekutif" karena peranannya dalarn menghubungkan energi Id ke dalam saluran sosial yang dapat dimengerti oleh orang lain.
3.       Superego, merupakan struktur kepribadian yang paling akhir, muncul kira-kira pada usia lima tahun. Dibandingkan dengan Id dan ego, yang berkembang secara internal dalam diri individu, superego terbentuk dari lingkungan ekstemal. Jadi superego merupakan kesatuan standar-standar moral yang diterima oleh ego dari sejumlah agen yang mempunyai otoritas di dalam lingkungan luar diri, biasanya merupakan asimilasi dari pandangan-pandangan orang tua.

2.2 Hakekat Manusia


      a.   Mahluk ciptaan Tuhan yang terdiri dari tubuh dan jiwa sebagai satu kesatuan yang utuh.
Tubuh adalah materi yang dapat dilihat, diraba, dirasa wujudnya konkrit tetapi tidak abadi. Jika manusia itu meninggal, tubuhnya hancur dan lenyap. Jiwa terdapat didalam tubuh tidak dapat dilihat, tidak dapat diraba, sifatnya abstrak tetapi abadi

      b.   Mahluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, jika dibandingkan dengan mahluk lainnya.
Kesempurnaannya terletak pada adab dan budayanya, karena manusia dilengkapi oleh penciptanya dengan akal, perasaan, dan kehendak yang terdapat didalam jiwa manusia. Dengan akal (ratio) manusia mampu menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi. Adanya perasaan, manusia mampu menciptakan kesenian. Daya rasa (perasaan) dalam diri manusia itu ada dua macam, yaitu perasaan inderawi dan perasaan rohani.

           c.       Mahluk biokultural, yaitu mahluk hayati yang budayawi
Manusia adalah produk dari saling tindak atau interaksi faktor-faktor hayati dan budayawi. Sebagai mahluk hayati, manusia dapat dipelajari dari segi-segi anatomi, fisiologi atau faal, biokimia, dan sebagainya. Sebagai mahluk budayawi manusia dapat dipelajari dari segi - segi kemasayarakatan, kekerabatan, dan sebagainya

           d.      Mahluk ciptaan Tuhan yang terikat dengan lingkungan (ekologi), mempunyai kualitas dan
                 martabat karena kemampuan bekerja dan berkarya
Hidup manusia mempunyai tiga taraf, yaitu estetis. etis dan religius. Dengan kehidupan estetis, manusia mampu menangkap dunia sekitarnya sebagai dunia yang mengagumkan dan mengungkapkan kembali (karya) dalam lukisan, tarian, nyanyian yang indah. Dengan etis, manusia meningkatkan kehidupan estetis ke dalam tingkatan manusiawi dalam bentuk-bentuk keputusan bebas dan dipenanggungjawabkan. Dengan kehidupan religius. manusia menghayati pertemuannya dengan Tuhan.

2.3 Kepribadian Bangsa Timur

      Francis L.K Hsu. sarjana Amerika keturunan Cina yang mengkombinasikan dalam dirinya keahlian di dalam ilmu antropologi. ilmu psikologi, ilmu filsafat dan kesusastraan cina klasik. Karya tulisnya berjudul Psychological Homeostatis Cina Klasik. Majalah AmericanAnthropologist. jilid 73 tahun 1971, halaman 23-24.
      Sampai sekarang, ilmu psikologi di Negara-negara Barat itu terutama mengembangkan konsep-konsep dan teori-teori mengenai aneka warna isi jiwa, serta metode-metode dan alat-alat untuk menganalisis dan mngukur detail variasi isi jiwa individu itu. Sebaliknya, ilmu itu masih kurang mengembangkan konsep-konsep yang dapat menganalisis jaringan berkait antara jiwa individu dan lingkungan sosial budayanya. Hsu telah mengembangkan suatu konsepsi. bahwa dalam jiwa manusia sebagai mahluk sosial budaya itu mengandung delapan daerah yang seolah-olah seperti lingkaran-lingkaran konsentris sekitar diri pribadi.
Nomor 7 dan nomor 6 disebut daerah tak sadar dan sub sadar. Kedua lingkaran itu berada di daerah pedalaman dari alam jiwa individu dan terdiri dari bahan pikiran dan gagasan yang telah terdesak ke dalam, sehingga tidak disadari lagi oleh individu yang bersangkutan. Bahan pemikiran dan gagasan tadi sering tidak utuh lagi. beberapa bagian sudah hilang terlupakan, dan unsur-unsurnya ibarat isi impian sudah tidak lagi tersusun menurut logika yang biasa dianut manusia dalam hidupnya sehari-hari.
Nomor 5 disebut kesadaran yang tak dinyatakan ( unexpressed conscious ) . Lingkaran itu terdiri dari pikiran-pikiran dan gagasan-gagasan yang disadari oleh si individu yang bersangkutan, tetapi disimpannya saja di dalam alam jiwanya sendiri dan tak dinyatakan kepada siapapun juga dalam lingkungannya.
Nomor 4 disebut kesadaran yang dinyatakan ( expressed conscious ). Lingkaran ini di dalam alam jiwa manusia mengandung pikiran-pikiran, gagasan-gagasan, dan perasaan-perasaan yang dapat dinyatakan secara terbuka oleh si individu kepada sesamanya, yang dengan mudah diterima dan dijawab oleh sesamanya.
Nomor 3 disebut lingkaran hubungan karib, mengandung konsepsi tentang orang-orang. binatang-binatang, atau benda-bnda yang oleh si individu diajak bergaul secara mesra dan karib. yang bisa dipakai sebagai tempat berlindung dan tempat mencurahkan isi hati apabila ia sedang terkena tekanan batin atau dikejar-kejar oleh kesedihan dan oleh masalah-masalah hidup yang menyulitkan. Orang tua, saudara sekandung, kerabat dekat, sahabat karib, biasanya merupakan penghuni penting dari daerah nomor 3 dalam alam pikiran manusia.
Nomor 2 disebut lingkungan hubungan berguna. tidak lagi ditandai oleh sikap sayang  dan mesra, melainkan ditentukan oleh fungsi kegunaan dari orang, binatang atau bcnda-benda itu bagi dirinya. Bagi seorang murid. guru berada didaerah lingkungan 2 dari alam pikirannya, bagi seorang pedagang, para pembelinya ada di situ, bagi seorang tukang cukur langganannyalah berada di situ dan sebagainya.
Nomor 1 disebut lingkaran hubungan jauh, terdiri dari pikiran dan sikap dalam alam jiwa manusia tentang manusia, benda-benda, alat-alat, pengetahuan dan adat yang ada dalam kebudayaan dan masyarakat sendiri, tetapi yang jarang sekali mempunyai arti dan pengaruh langsung terhadap kehidupan sehari-hari.
Nomor 0 disebut lingkungan dunia Iuar, terdiri dari pikiran-pikiran dan anggapan-anggapan yang hampir sama dengan pikiran yang terletak dalam lingkungan nomor  1, hanya bedanya terdiri dari pikiran-pikiran dan anggapan-anggapan tentang orang dan hal yang terletak di luar masyarakat dan negara Indonesia, dan ditanggapi oleh individu bersangkutan dengan sikap masa bodoh.
Pada bagan psiko-sosiagram, daerah lingkaran nomor 4 dibatasi oleh garis yang digambarkan lebih tebal daripada yang lain. Garis itu menggambarkan batas dari alam jiwa individu yang dalam ilmu psikologi disebut personality atau "kepribadian", Sebagian besar dari isi jiwa manusia ( termasuk yang telah didesak ke dalam daerah tak sadar dan sub sadar), sebagian besar dari pengetahuan dan pengertiannya tentang adat-istiadat dan kebudayaannya. sebagian besar dari pengetahuan dan pengertiannya tentang lingkungan, dan sebagian besar dari nilai budaya dan norma-norma yang dianutnya , menurut ilmu psikologi barat terkandung dalam kepribadian manusia




2.4    Kebudayaan

Definisi kebudayaan menurut beberpa arti
·         E.B.Tylor
Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan kemampuan lain serta kebiasaan - kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.


·         Selo Sumarjan dan Soelaeman Soemardi
kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitamya, agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan untuk masyarakat.

·         Sutan Takdir Alisyahbana
Kebudayaan adalah manifestasi dari cara berpikir, hal ini amat luas apa yang disebut kebudayaan : sebab semua laku dan perbuatan tercakup didalamnya, dan dapat diungkapkan pada basis dan cara berpikir, perasaan juga maksud pikiran.

·         Koentjaraningrat
Kebudayaan berarti keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakannya dengan belajar beserta keseluruhan dari hasil budi pekertinya.

·         A.L Krober dan C.Kluckhon
Kebudayaan adalah menifestasi atau penjelmaan kerja jiwa manusia dalam arti seluas-luasnya.


·         C.A.Van Peursen
Kebudayaan diartikan sebagai manifestasi kehidupan setiap orang, dan kehidupan setiap kelompok orang-orang, berlainan dengan hewan-hewan, maka manusia tidak hidup begitu saja ditengah alam, melainkan selalu mengubah alam.


·         Kroeber dan Klukhon
Kebudayaan terdiri atas berbagai pola, bertingkah laku mantap, pikiran, perasaan dan reaksi yang diperoleh dan terutama diturunkan oleh simbol-simbol yang menyusun pencapaiannya secara tersendiri dari kelompok-kelompok manusia, termasuk didalamnya perwujudan benda-benda materi, pusat esensi kebudayaan terdiri atas tradisi dan cita-cita atau paham, dan terutama keterikatan terhadap nilai-nilai.
C.Kluckhohn di dalam karyanya berjudul Universal Categories of Culture mengemukakan, bahwa ada tujuh unsur kebudayaan universal,yaitu :
1. Sistem religi (sistem kepercayaan)
    Merupakan produk manusia sebagai homo religious.

2. Sistem organisasi kemasyarakatan
    Merupakan produk manusia sebagai homo socius.

3. Sistem pengetauan
    Merupakan produk manusia sebagai homo sapiens.

4. Sistem mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi
    Merupakan produk manusia sebagai homo ecconomicus.

5. Sistem teknologi dan peralatan
    Merupakan produk dari manusia sebagai homo faber.

6. Bahasa
    Merupakan produk dari manusia sebagai homo longuens.

7. Kesenian
    Merupakan hasil dari manusia sebagai homo aesteticus

Curtural universal tersebut, dapat dijabarkan lagi ke dalam unsur-unsur yang lebih kecil. Disebut kegiatan-kegiatan kebudayaan atau cultural activity. Curtural activity dapat dibagi lagi menjadi unsur-unsur  yang lebih kecil lagi yang disebut trait-complex.
2.6 Wujud kebudayaan
                Menurut dimensi wujudnya, kebudayaan mempunyai tiga wujud yaitu
1.       Kompleks gagasan, konsep dan pikiran manusia :
Wujud ini disebut sistem budaya, sifatnya abstrak, tidak dapat dilihat, dan berpusat pada kepala-kepala manusia yang menganutnya, atau dengan perkataan lain, dalam alam pikiran warga masyarakat dimana kebudayaan bersangkutan hidup

2.       Kompleks aktivitas :
Berupa aktivitas manusia yang saling berinteraksi, bersifat kongkret, dapat diarnati atau diobservasi. Wujud ini sering disebut sistem sosial.

3.       Wujud sebagai benda
Aktivitas manusia yang saling berinteraksi tidak lepas dari berbagai penggunaan peralatan sebagai hasil karya manusia untuk mencapai tujuannya. Aktivitas karya manusia tersebut menghasilkan benda untuk berbagai keperluan hidupnya.

2.7 Oriental nilai budaya

                Kebudayaan sebagai karya manusia memiliki sistem nilai. Menurut C.kluckhoohn dalam karyanya Variatos in Value Orientation (1961) sistem nilai budaya dalam semua kebudayaan didunia, secara universal menyangkut lima masalah pokok kehidupan manusia, yaitu seperti pada bagan berikut :

 
2.8 Perubahan kebudayaan
·        
            Berbagai faktor yang mempengaruhi diterima atau tidaknya suatu unsure kebudayaan baru diantaranya :
a.       Terbatasnya masyarakat memiliki hubungan atau kontak dengan kebudayaan dan dengan orang-orang yang berasal dari luar masyarakat tersebut.

b.      Jika pandangan hidup dan nilai-nilai yang dominan dalam suatu kebudayaan ditentukan oleh nilai-nilai agama, dan ajaran ini terjalin erat dalam keseluruhan pranata yang ada,maka penerimaan unsur baru itu mengalami hambatan dan hams disensor dulu oleh berbagai ukuran yang berlandaskan ajaran agama yang berlaku.

c.       Corak struktur sosial suatu masyarakat turut menentukan proses penerimaan kebudayaan baru. Misalnya sistem otoriter akan sukar menerima unsur kebudayaan baru.

d.      Suatu unsur kebudayaan diterima jika sebelumnya sudah ada unsur-unsur kebudayaan yang menjadi landasan bagi diterimanya unsur kebudayaan yang baru tersebut.

e.       Apabila unsur yang barn itu memiliki skala kegiatan yang terbatas, dan dapat dengan mudah dibuktikan kegunaannya oleh warga masyarakat yang bersangkutan.


·         Gerak manusia terjadi oleh karena ia mengadakan hubungan-hubungan dengan manusia lainnya. Artinya, karena terjadi hubungan antar kelompok manusia di dalam masyarakat
Terjadi gerak / perubahan ini disebabkan oleh beberapa hal :
1.       Sebab-sebab yang berasal dari dalam masyarakat dan kebudayaan sendiri, misalnya perubahan jumlah dan komposisi penduduk.
2.       Sebab-sebab perubahan lingkungan alam dan fisik tempat mereka hidup. Masyarakat yang hidupnya terbuka. yang berada dalam jalur-jalur hubungan dengan masyarakat dan kebudayaan lain. cenderung untuk berubah lebih cepat.

2.9 Kaitan manusia dan kebudayaan 

Secara sederhana hubungan antara manusia dan kebudayaan adalah :
·         Manusia sebagai perilaku kebudayaan
·         Kebudayaan merupakan obyek yang dilaksanakan manusia.

Dalam sosiologi manusia dan kebudayaan dinilai sebagai dwitunggal, maksudnya bahwa walaupun keduanya berbeda tetapi keduanya merupakan suatu kesatuan. Contoh sederhana yang dapat kita lihat adalah hubungan antara manusia dengan peraturan-peraturan kemasyarakatan. Pada saat awalnya peraturan itu dibuat oleh manusia, setelah peraturan itu jadi maka manusia yang membuatnya harus patuh kepada peraturan yang dibuatnya sendiri itu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manusia tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan, karen a kebudayaan itu merupakan perwujudan dari manusia itu sendiri. Apa yang tercakup dalam satu kebudayaan tidak akan jauh menyimpang dari kemauan manusia yang membuatnya.

Dari sisi lain, hubungan antara manusia dan kebudayaan ini dapat dipandang setara dengan hubungan antara manusia dengan masyarakat dinyatakan sebagai dialektis, maksudnya saling terkait satu sama lain.
 Proses dialektis ini tercipta melalui 3 tahap, yaitu:

·         Eksternalisasi, yaitu proses dimana manusia mengekspresikan dirinya dengan  
            membangun dunianya.

·         Obyektivasi, yaitu proses dimana masyarakat menjadi realitas obyektif. yaitu suatu kenyataan yang terpisah dari manusia dan berhadapan dengan manusia.

·         Intemalisasi, yaitu proses dimana masyarakat disergap kembali oleh manusia. Maksudnya bahwa manusia mempelajari kembali masyarakatnya sendiri agar dia dapat hidup dengan baik, sehingga manusia menjadi kenyataan yang dibentuk oleh masyarakat.

Manusia dan kebudayaan, atau manusia dan masyarakat, oleh kerana itu mempunyai hubungan keterkaitan yang erat satu sama lain. Pada kondisi sekarang ini kita tidak dapat lagi membedakan mana yang lebih awal muncul manusia atau kebudayaan.



Daftar Pustaka
Nugroho.Widyo, Muchji.Ahmad (1994). Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Gunadarma