TUGAS
KE 1
TEORI
KEPRIBADIAN SEHAT
NAMA : ANISA NUR ARIPAH
KELAS : 2PA17
NPM : 11514289
A. ALIRAN PSIKOANALISA
Psikolanalisa
merupakan salah satu aliran besar dalam dunia psikologi, pencetus awalnya
adalah Sigmund Freud, berikut ini akan dijelaskan teori psikoanalisa dari
Sigmund Freud dan kemudian mengaitkannya dengan kepribadian yang sehat.
Psikoanalisa adalah
cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dan para pengikutnya, sebagai
studi fungsi dan perilaku psikologis manusia. Freud pada awalnya
memang mengembangkan teorinya tentang struktur kepribadian dan sebab-sebab
gangguan jiwa dan dengan konsep teorinya yaitu perilaku dan pikiran dengan
mengatakan bahwa kebanyakan apa yang individu lakukan dan pikirkan hasil dari
keinginan atau dorongan yang mencari pemunculan dalam perilaku dan pikiran.
Menurut teori
psikoanalisa, inti dari keinginan dorongan ini adalah bahwa mereka bersembunyi
dari kesadaran individual dan apabila dorongan – dorongan ini tidak dapat
disalurkan, dapat menyebabkan gangguan kepribadian dan juga mengganggu
kesehatan mental yang disebut psikoneurosis. Dengan kata lain, mereka tidak
disadari. Ini adalah ekspresi dari dorongan tidak sadar yang muncul dalam
perilaku dan pikiran. Istilah “motivasi yang tidak disadari” / ( unconscious
motivation ) menguraikan ide kunci dari psikoanalisa.
Dalam teori
psikoanalisanya freud menjelaskan tentang struktur kepribadian individu,
struktur kepribadian tersusuan atas 3 sistem pokok, yakni :
- Id
Id merupakan aspek
biologis yang strukturnya paling mendasar dari kepribadian. Id juga merupakan
sistem kepribadian yang asli, dimana id sebagai rahim tempat berkembangan ego
dan superego. Id berisikan segala sesuatu yang secara psikologis ada sejak
lahir dan merupakan reservoir energi psikis. Id berhubungan erat dengan
proses-proses jasmaniah darimana id mendapatkan energinya. Id memiliki 2 proses
yaitu proses primer dan tindakan refleksi. Id terdiri dari dorongan – dorangan
biologis seperti makan, sex dan agresifitas.
- Ego
Ego merupakan aspek
psikologis yang berkembang dari id yang struktur kepribadianya mengontrol
kesadaran dan mengambil keputusan atas perilaku manusia. Ego timbul karena
kebutuhan – kebutuhan organisme memerlukan transaksi – transaksi yang sesuai
dengan dunia kenyataan objektif. Perbedaan pokok antara id dan ego adalah id
hanya mengenal kenyataan subjektif jiwa sedangkan ego membedakan antara hal – hal
yang terdapat dalam batin dan hal – hal yang terdapat dalam dunia luar. Ego
disebut juga sebagai eksekutif kepribadian karena ego mengontrol pintu-pintu
arah tindakan, memilih segi lingkungan kemana ia akan membri respon dan
memutuskan insting mana yang akan dipuaskan.
- Superego
Superego merupakan
aspek sosiologis yang merefleksikan nilai – nilai sosial dan menyadarkan
individu atas tuntutan moral. Gambaran kesadaran akan nilai-nilai dan moral
masyarakat yang ditanamkan oleh adat istiadat, agama, orangtua, guru, dan orang
lain kepada anak. Karena itu pada dasarnya superego adalah hati nurani
seseorang yang menilai benar atau salahnya tindakan seseorang. Itu berarti
superego mewakili nilai-nilai ideal dan selalu berorientasi pada kesempurnaan.
Freud juga membagi
aktivitas mental individu dalam beberapa tingkatan berdasarkan sejauh mana
individu menyadari gejala-gejala psikis yang timbul, yaitu :
- Tingkat
Sadar Atau Kesadaran ( Conscious Level )
Pada tingkat ini
aktivitas mental dapat disadari setiap saat seperti berpikir, persepsi, dan
lain – lain.
- Tingkat
Prasadar ( Preconscious Level )
Pada tingkat ini
aktivitas mental dan gejala-gejala psikis yang timbul bias disadari hanya
apabila individu memperhatikannya, misalnya memori, pengetahuan-pengetahuan
yang telah dipelajari, dan lain – lain.
- Tingkat
Tidak Disadari ( Unconscious Level )
Pada tingkat ini
aktivitas mental dan gejala-gejala psikis tidak disadari oleh individu.
Gejala-gejala ini muncul misalnya dalam dorongan-dorongan immoral,
pengalaman-pengalaman yang memalukan, harapan-harapan yang irasional,
dorongan-dorongan seksual yang tidak sesuai dengan norma masyarakat, dan
lain-lain.
Meskipun
masing-masing bagian dari kepribadian total ini mempunyai fungsi, sifat,
komponen, prinsip kerja, dinamisme dan mekanismenya sendiri. Namun mereka
berinteraksi begitu erat satu sama lain sehingga sulit (tidak mungkin) untuk
memisah – misahkan pengaruhnya dan menilai sumbangan relatifnya terhadap
tingkah laku manusia. Tingkah laku hampir selalu merupakan produk dari
interaksi diantara ketiga sistem tersebut jarang salah satu sistem berjalan
terlepas dari kedua sistem lainnya.
Kepribadian yang
sehat menurut psikoanalisis :
- Menurut
freud kepribadian yang sehat yaitu jika individu bergerak menurut pola
perkembangan yang ilmiah.
- Kemampuan
dalam mengatasi tekanan dan kecemasan, dengan belajar.
- Mental
yang sehat ialah seimbangnya fungsi dari superego terhadap id dan ego.
- Tidak
mengalami gangguan dan penyimpangan pada mentalnya.
- Dapat
menyesuaikan keadaan ddengan berbagai dorongan dan keinginan.
B.
ALIRAN BEHAVIORISTIK
Aliran
psikologi behaviorisme adalah sebuah aliran dalam psikologi yang didirikan oleh
John B.Watson pada tahun 1913 yang berpendapat bahwa perilaku harus merupakan
unsur subjek tunggal psikologi. Behaviorisme merupakan aliran revolusioner,
kuat dan berpengaruh, serta memiliki akar sejarah yang cukup dalam.
Behaviorisme lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme (yang menganalisis
jiwa manusia berdasarkan laporan - laporan subjektif) dan juga psikoanalisis
(yang berbicara tentang alam bawah sadar yang tidak tampak).
Behaviorisme
secara keras menolak unsur-unsur kesadaran yang tidak nyata sebagai obyek studi
dari psikologi, dan membatasi diri pada studi tentang perilaku yang nyata.
Dengan demikian, Behaviorisme tidak setuju dengan penguraian jiwa ke dalam
elemen seperti yang dipercayai oleh strukturalisme. Berarti juga behaviorisme
sudah melangkah lebih jauh dari fungsionalisme yang masih mengakui adanya jiwa
dan masih memfokuskan diri pada proses - proses mental. Behaviorisme ingin
menganalisis bahwa perilaku yang tampak saja yang dapat diukur, dilukiskan, dan
diramalkan. Behaviorisme memandang pula bahwa ketika dilahirkan, pada dasarnya
manusia tidak membawa bakat apa - apa.
Manusia
akan berkembang berdasarkan stimulus yang diterimanya dari lingkungan
sekitarnya. Lingkungan yang buruk akan menghasilkan manusia buruk, lingkungan
yang baik akan menghasilkan manusia baik. Kaum behavioris memusatkan dirinya
pada pendekatan ilmiah yang sungguh - sungguh objektif. Kaum behavioris
mencoret dari kamus ilmiah mereka, semua peristilahan yang bersifat subjektif,
seperti sensasi, persepsi, hasrat, tujuan, bahkan termasuk berpikir dan emosi,
sejauh kedua pengertian tersebut dirumuskan secara subjektif.
Fungsionalisme
Menjadi dasar bagi behaviorisme melalui pengaruhnya pada tokoh utama
behaviorisme, yaitu Watson. Watson adalah murid dari Angell dan menulis
disertasinya di University of Chicago. Dasar pemikiran Watson yang
memfokuskan diri lebih proses mental daripada elemen kesadaran, fokusnya
perilaku nyata dan pengembangan bidang psikologi pada animal psychology dan child
psychology adalah pengaruh dari fungsionalisme. Meskipun demikian,
Watson menunjukkan kritik tajam pada fungsionalisme.
Teori-teori
behavioristik adalah proses belajar serta peranan lingkungan yang merupakan
kondisi langsung belajar dalam menjelaskan perilaku. Semua bentuk tingkah laku
manusia adalah hasil belajar yang bersifat mekanistik lewat proses penguatan.
Pendekatan behavioristik terhadap kepribadian memiliki dua asumsi dasar, yaitu:
1. Perilaku
harus dijelaskan dalam pengaruh kausal lingkungan terhadap diri individu
2. Pemahaman
terhadap manusia harus dibangun berdasarkan riset ilmiah objektif dikontrol
dengan seksama dalam eksperimen laboratorium.
Manusia
dianalogikan atau dianggap sebagai tikus pintar yang mempelajari labirin
kehidupan. Behavioristik memiliki pandangan tentang kehendak bebas yaitu
perilaku yang ditentukan oleh lingkungan.
Aliran
behaviorisme memperlakukan manusia sebagai mesin, yaitu di dalam suatu sistem
kompleks yang bertigkah laku menurut cara - cara yang sesuai dengan hukum.
Dalam pandangan kaum behavioris, individu digambarkan sebagai suatu organisme
yang bersifat baik, teratur, dan ditentukan sebelumnya, dengan banyak
spontanitas, kegembiraan hidup, berkreativitas, seperti alat pengatur panas.
John B. Watson
Watson
berpendapat bahwa introspeksi merupakan pendekatan yang tidak ada gunanya.
Alasannya adalah jika psikologi dianggap sebagai suatu ilmu, maka datanya harus
dapat diamati dan diukur. Watson mempertahankan pendapatnya bahwa hanya dengan
mempelajari apa yang dilakukan manusia (perilaku mereka) memungkinkan psikologi
menjadi ilmu yang objektif. Watson menolak pikiran sebagai subjek dalam
psikologi dan mempertahankan pelaku sebagai subjek psikologi. Khususnya
perilaku yang observabel atau yang berpotensi untuk dapat diamati dengan berbagai
cara baik pada aktivitas manusia dan hewan. 3 prinsip dalam aliran
behaviorisme:
1. Menekankan
pada respon - respon yang dikondisikan sebagai elemen dari perilaku. Kondisi
adalah lingkungan external yang hadir dikehidupan. Perilaku muncul sebagai
respon dari kondisi yang mengelilingi manusia dan hewan.
2. Menekankan
pada perilaku yang dipelajari dari pada perilaku yang tidak dipelajari.
Behaviorisme menolak kecenderungan pada perilaku yang bersifat bawaan.
3. Memfokuskan
pada perilaku binatang. Menurutnya, tidak ada perbedaan alami antara perilaku
manusia dan perilaku binatang. Manusia dapat belajar banyak tentang perilakunya
sendiri dari studi tentang apa yang dilakukan binatang. Menurut penganut aliran
ini perilaku selalu dimulai dengan adanya rangsangan yaitu berupa stimulus dan
diikuti oleh suatu reaksi beupa respon terhadap rangsangan itu.
B.F. Skinner
”Behaviorisme”, sebutan bagi aliran yang dianut Watson, turut berperan dalam
pengembangan bentuk psikologi selama awal pertengahan abad ini, dan cabang
perkembangannya yaitu psikologi stimulus-respon yang masih tetap berpengaruh.
Hal ini terutama karena hasil jerih payah seorang ahli psikologi dari Harvard,
B.F. Skinner. Psikologi stimulus-respon mempelajari rangsangan yang menimbulkan
respon dalam bentuk perilaku, mempelajari ganjaran dan hukuman yang
mempertahankan adanya respon itu, dan mempelajari perubahan perilaku yang
ditimbulkan karena adanya perubahan pola ganjaran dan hukuman. Skinner,
berpendapat kepribadian terutama adalah hasil dari sejarah penguatan pribadi
individu .
Meskipun pembawaan genetis turut berperan, kekuatan-kekuatan sangat menentukan
perilaku khusus yang terbentuk dan dipertahankan, serta merupakan khas bagi
individu yang bersangkutan. Dalam sebuah karyanya, Skinner membuat 3 asumsi
dasar, yaitu:
1.
Perilaku itu terjadi
menurut hukum (behavior can be controlled).
2.
Skinner menekankan
bahwa perilaku dan kepribadian manusia tidak dapat dijelaskan dengan mekanisme
psikis seperti Id atau Ego.
3.
Perilaku manusia
tidak ditentukan oleh pilihan individual. Kaum behavioris lebih dikenal dengan
teori belajar, karena menurut mereka, seluruh perilaku manusia, kecuali
insting, adalah hasil belajar. Kaum behavioris sangat mengagungkan proses
belajar, terutama proses belajar asosiatif atau proses belajar stimulus-respon,
sebagai penjelasan terpenting tentang tingkah laku manusia. Para pendahulu
aliran pemikiran ini adalah Isaac Newton dan Charles Darwin. Tokoh-tokoh
lainnya yaitu Edward Thorndike, Clark Hull, John Dollard, Neal Miller, dan
masih banyak lagi lainnya.
Kepribadian yang
sehat menurut behavioristik :
1. Memberikan
respon terhadap faktor dari luar seperti orang lain dan lingkungannya.
2. Bersifat
sistematis dan bertindak dengan dipengaruhi oleh pengalaman
3. Sangat
dipengaruhi oleh faktor eksternal, karena manusia tidak memiliki sikap dengan
bawaan sendiri.
4. Menekankan
pada tingkah laku yang dapat diamati dan menggunakan metode yang objektif.
C.
ALIRAN HUMANISTIK
Humanistik adalah aliran dalam psikologi yang
muncul tahun 1950an sebagai reaksi terhadap behaviorisme dan psikoanalisis.
Aliran ini secara eksplisit memberikan perhatian pada dimensi manusia dari
psikologi dan konteks manusia dalam pengembangan teori psikologis.
Permasalah ini dirangkum dalam lima postulat
Psikologi Humanistik dari James Bugental (1964), sebagai berikut:
1. Manusia tidak bisa direduksi menjadi
komponen-komponen.
2. Manusia memiliki konteks yang unik di
dalam dirinya.
3.
Kesadaran manusia menyertakan kesadaran akan diri dalam konteks orang lain.
4. Manusia mempunyai pilihan-pilihan dan
tanggung jawab.
5. Manusia bersifat intensional, mereka
mencari makna, nilai, dan memiliki kreativitas.
Pendekatan humanistik ini mempunyai akar pada
pemikiran eksistensialisme dengan tokoh-tokohnya seperti Kierkegaard,
Nietzsche, Heidegger, dan Sartre.
Humanistik mengatakan bahwa manusia adalah
suatu ketunggalan yang mengalami, menghayati dan pada dasarnya aktif, punya
tujuan serta punya harga diri. Karena itu, walaupun dalam penelitian boleh saja
dilakukan analisis rinci mengenai bagianbagian dari jiwa manusia, namun dalam
penyimpulanya, manusia harus dikembalikan dalam kesatuan yang utuh. Pandangan
seperti ini adalah pandangan yang holistik. Selain itu manusia juga harus
dipandang dengan penghargaan yang tinggi terhadap harga dirinya, perkembangan pribadinya,
perbedaan-perbedaan individunya dan dari sudut kemanusiaanya itu sendiri.
Karena itu psikologi harus memasuki topik-topik yang tidak dimasuki oleh aliran
behaviorisme dan psikoanalisis, seperti cinta, kreatifitas, pertumbuhan,
aktualisasi diri, kebutuhan, rasa humor, makna, kebencian, agresivitas,
kemandirian, tanggung jawab dan sebagainya. Pandangan ini disebut pandangan
humanistik.
Humanisme menegaskan adanya keseluruhan
kapasitas martabat dan nilai kemanusiaan untuk menyatakan diri
(self-realization). Humanisme menentang pesimisme dan keputusasaan pandangan
psikoanalistik dan konsep kehidupan “robot” pandangan behaviorisme. Humanisme
yakin bahwa manusia memiliki di dalam dirinya potensi untuk berkembang sehat
dan kreatif, dan jika orang mau menerima tanggungjawab untuk hidupnya sendiri,
dia akan menyadari potensinya, mengatasi pengaruh kuat dari pendidikan orang
tua, sekolah dan tekanan sosial lainnya.
HAL UTAMA HUMANISTIK DALAM KEPRIBADIAN
Pandangan humanisme dalam kepribadian
menekankan hal-hal berikut :
1.
Holisme
mengaskan bahwa organisme selalu
bertingkahlaku sebagai kesatuan yang utuh, bukan sebagai rangkaian bagian /
komponen yang berbeda. Jiwa dan tubuh bukan dua unsur yang terpisah tetapi
bagian dari satu kesatuan, dan apa yang terjadi di bagian ssatu akan
mempengaruhi bagian lain. Hukum yang berlaku umum mengatur fungsi setiap
bagian. Hukum inilah yang mestinya ditemukan agar dapat dipahami berfungsinya
tiap komponen. Pandangan holistik dalam kepribadian, yang terpenting adalah :
·
Kepribadian
normal ditandai oleh unitas, integrasi, konsistensi, dan koherensi (unity,
integration, consistency, dan coherence). Organisasi adalah keadaan
normal dan disorganisasi berarti patologik.
·
Organisme
dapat dianalisis dengan membedakan tiap bagiannya, tetapi tidak ada bagian yang
dapat dipelajari dalam isolasi. Keseluruhan berfungsi menurut hukum-hukum yang
tidak terdapat dalam bagian-bagian.
·
Organisme
memiliki satu dorongan yang berkuasa, yakni aktualisasi diri (self actualization).
Orang berjuang tanpa henti (continuous) untuk merealisasikan potensi inheren
yang dimilikinya pada ranah maupun yang terbuka baginya.
·
Pengaruh
lingkungan eksternal pada perkembangan normal bersifat minimal. Potensi
organisme, jika terkuak di lingkungan yang tepat, akan menghasilkan kepribadian
yang sehat dan integral.
·
Penelitian
yang komprehensif terhadap satu orang lebih berguna daripada penelitian
ekstensif terhadap banyak orang mengenai fungsi psikologis yang diisolir
2.
Menolak
Riset Binatang
Psikologi Humanistik menekankan perbedaan
tingkah laku manusia dengan tingkah laku binatang. Riset binatang memandang
manusia sebagai mesin dan mata rantai reflekskondisioning, mengabaikan
karakteristik manusia yang unik seperti idea, nilai-nilai, keberanian, cinta,
humor, cemburu, dosa, serta puisi, musik ilmu, dan hasil kerja berfikir
lainnya.
3.
Manusia
Pada Dasarnya baik
Manusia mempunyai struktur psikologis yang
analog dengan struktur fisik : mereka memiliki “ kebutuhan, kemampuan, dan
kecenderungan yang sifat dasarnya genetik : “beberapa sifat menjadi ciri umum
kemanusiaan, sifat-sifat lainnya menjadi ciri unik individual. Kebutuhan,
kemampuan dan kecenderungan itu secara esensial sesuatu yang baik, atau paling
tidak sesuatu yang netral. Pandangan Maslow menjadi pembaharuan terhadap pakar
yang menganggap kebutuhan dan tendensi manusia iitu buruk atau antisosial
(misalnya, apa yang disebut dosa warisan oleh ahli agama dan konsep id dari
Freud). Sifat setan yang jahat, destruktif dan kekerasan adalah hasil dari
frustrasi atau kegagalan memuaskan kebutuhan dasar, dan bukan bagian dari
hereditas. Manusia mempunyai struktur yang potensial untuk berkembang positif.
4.
Potensi
Kreatif Kreativitas merupakan ciri universal manusia, sejak dilahirkan. Ini
adalah sifat alami, sama dengan sifat biji yang menumbuhkan daun, burung yang
terbang, maka manusia mempunyai sifat alami untuk menjadi kreatif. Kreativitas
adalah potensi semua orang, yang tidak memerlukan bakat dan kemampuan yang
khusus. Sayangnya, umumnya orang justru kehilangan kreativitas ini karena
proses pembudayaan (enculturated). Termasuk di dalamnya pendidikan formal, yang
memasung kreativitas dengan menuntut keseragaman berfikir kepada semua
siswanya. Hanya sedikit orang yang kemudian menemukan kembali potensi kreatif
yan segar, naif, dan langsung, dalam memandang segala sesuatu.
5.
Menekankan
Kesehatan Psikologik Pendekatan humanistik mengarahkan perhatiannya kepada
manusia sehat, kreatif dan mampu mengaktualisasikan diri. Ilmu jiwa seharusnya
memusatkan analisisnya kepada tema pokok kehidupan manusia, yakni aktualisasi
diri. Maslow mengungkapkan psikopatologi umumnya hasil dari penolakan.
D. TEORI
KEPRIBADIAN MATANG - MENURUT ALLPORT
Menurut Allport, individu-individu yang sehat
dikatakan mempunyai fungsi yang baik pada tingkat rasional dan sadar. Menyadari
sepenuhnya kekuatan-kekuatan yang membimbing mereka dan dapat mengontrol
kekuatan-kekuatan itu juga.
Kepribadian yang matang tidak dikontrol oleh
trauma-trauma dan konflik-konflik masa kanak-kanak. Dimana orang-orang yang
neurotis terikat dan terjalin erat pada pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak,
berbeda dengan orang-orang yang sehat yang bebas dari paksaan-paksaan masa
lampau. Pandangan orang sehat adalah ke depan, kepada peristiwa-peristiwa
kontemporer dan peristiwa-peristiwa yang akan datang, dan tidak mundur kembali
kepada peristiwa-peristiwa masa kanak-kanak. Segi pandangan yang sehat ini
memberi jauh lebih banyak kebebasan dalam memilih dan bertindak.
KRITERIA KEPRIBADIAN YANG MATANG
Tujuh kriteria kematangan ini merupakan
pandangan-pandangan Allport tentang sifat-sifat khusus dari kepribadian sehat.
1.
Perluasan
Perasaan Diri
Ketika orang menjadi matang, dia
mengembangkan pehatian-perhatian di luar diri. Orang harus menjadi partisipan
yang langsung dan penuh. Allport menamakan hal ini “partisipasi otentik yang
dilakukan oleh orang dalam beberapa suasana yang penting dari usaha manusia”.
Orang harus meluaskan diri ke dalam aktivitas.
Dalam pandangan Allport, suatu aktivitas
harus relevan dan penting bagi diri; harus berarti sesuatu bagi orang itu.
Apabila anda mengerjakan suatu pekerjaan karena anda percaya bahwa pekerjaan
itu penting, karena pekerjaan itu menantang kemampuan-kemampuan anda, atau
karena mengerjakan pekerjaan itu dengan sebaik-baiknya membuat anda merasa enak,
maka anda merupakan seorang partisipan yang otentik dalam pekerjaan itu.
Aktivitas itu lebih berarti bagi anda daripada pendapatan yang diperoleh;
aktivitas itu memuaskan kebutuhankebutuhan lain juga.
Semakin seseorang terlibat sepenuhnya dengan
berbagai aktivitas atau orang atau ide, maka semakin juga dia akan sehat secara
psikologis. Perasaan partisipasi otentik ini berlaku bagi pekerjaan kita,
hubungan dengan keluarga dan teman-teman, kegemaran, dan keanggotaan kita dalam
politik dan agama.
2.
Hubungan
Diri yang Hangat dengan Orang-orang Lain
Allport membedakan dua macam kehangatan alam
hubungan dengan orang-orang lain; kapasitas untuk keintiman dan kapasitas untuk
perasaan terharu.
Orang yang sehat secara psikologis mampu
memperlihatkan keintiman (cinta) terhadap orangtua, anak, partner, teman akrab.
Orang mengungkapkan paritisapi otentik dengan orang yang dicintai dan
memperlihatkan kesejahteraannya; hal ini sama pentingnya dengan kesejahteraan
individu sendiri. Syarat lain bagi kapasitas untuk keintiman adalah suatu
perasaan identitas diri yang berkembang dengan baik.
Orang yang neurotis harus menerima cinta jauh
lebih banyak daripada kemampuan mereka untuk memberinya. Apabila mereka memberi
cinta, maka cinta itu diberikan dengan syarat-syarat dan kewajiban-kewajiban
yang bersifat timbal balik. Cinta dari orang– orang yang sehat adalah tanpa
syarat, tidak melumpuhkan atau mengikat.
Perasaan terharu, tipe kehangatan yang kedua
adalah suatu pemahaman tentang kondisi dasar manusia dan perasaan kekeluargaan
dengan semua bangsa. Orang yang sehat memiliki kapasitas untuk memahami
kesakitan-kesakitan, penderitaan penderitaan, ketakutan-ketakutan, dan
kegagalan-kegagalan yang merupakan ciri kehidupan manusia. Empati itu timbul
melalui “perluasan imajinatif” dari perasaan orang sendiri terhadap kemanusiaan
pada umumnya.
Kepribadian yang matang sabar terhadap
tingkah laku orang-orang lain dan tidak mengadili atau menghukumnya.
Orang-orang yang sehat menerima kelemahan-kelemahan manusia.
3.
Keamanan
Emosional
Sifat dari kepribadian yang sehat ini
meliputi beberapa kualitas; kualitas utama adalah penerimaan diri.
Kepribadian-kepribadian yang sehat mempu menerima semua segi dari ada mereka,
termasuk kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekuarangan tanpa menyerah secara
pasif pada kelemahan-kelemahan tersebut. Orang sehat mampu hidup dengan ini dan
segi-segi lain dalam kodrat manusia, dengan sedikit konflik dalam diri mereka
atau dengan masyarakat. Mereka berusaha bekerja sebaik mungkin dan dalam proses
mereka berusaha memperbaiki diri mereka.
Kepribadian-kepribadian yang sehat juga mampu
menerima emosiemosi mereka, mereka bukan tawanan dari emosi-emosi mereka, dan
mereka juga tidak berusaha bersembunyi dari emosi-emosi itu. Kepribadian yang
sehat mengontrol emosi-emosi mereka. Orang yang neurotis, menyerah pada emosi
apa saja yang dominan pada saat itu. Berkali-kali memperlihatkan kemarahan atau
kebencian, betapapun perasaan-perasaan itu mungkin tidak tepat.
Kualitas lain dari keamanan emosional ialah
apa yang disebut Allport “sabar terhadap kekecewaan”. Orang yang sehat sabar
menghadapi kemunduran-kemunduran; mereka tidak menyerahkan diri kepada
kekecewaan, tetapi mampu memikirkan cara-cara yang berbeda, yang kurang
menimbulkan kekecewaan untuk mencapai tujuan-tujuan yang sama atau
tujuan-tujuan substitusi.
Orang-orang yang sehat tidak bebas dari
perasaan-perasaan tidak aman dan ketakutan-ketakutan, tetapi mereka merasa
kurang terancam dan dapat menanggulangi perasaan-perasaan tersebut lebih baik
daripada orang-orang yang neurotis.
4.
Persepsi
Realistis
Orang-orang yang sehat memandang dunia mereka
secara objektif. Sebaliknya orang yang neurotis kerapkali harus mengubah
realitas supaya membuatnya sesuai dengan keinginan-keinginan,
kebutuhan-kebutuhan, dan ketakutan-ketakutan mereka sendiri. Orang-orang yang
sehat tidak perlu percaya bahwa orang-orang lain atau situasi-situasi semuanya
jahat atau semuanya baik menurut suatu prasangka pribadi terhadap realitas.
Mereka menerima realita sebagaimana adanya.
5.
Keterampilan-keterampilan
dan Tugas-tugas
Allport menekankan pentingnya pekerjaan dan
perlunya menenggelamkan diri sendiri di dalamnya. Keberhasilan dalam pekerjaan
menunjukkan perkembangan keterampilan-keterampilan dan bakat-bakat tertentu
suatu tingkat kemampuan. Kita juga harus menggunakan keterampilan-keterampilan
itu secara ikhlas, antusias, melibatkan dan menempatkan diri sepenuhnya alam
pekerjaan kita.
Komitmen dalam orang-orang yang sehat begitu
kuat sehingga mereka sanggup menenggelamkan semua pertahanan yang berhubungan
dengan ego dan dorongan (seperti kebanggaan) ketika mereka terbenam dalam
pekerjaan. Dedikasi terhadap pekerjaan ini ada hubungannya dengan gagasan
tentang tanggung jawab dan dengan kelangsungan hidup yang positif.
Pekerjaan dan tanggung jawab memberikan arti
dan perasaan konstinuitas untuk hidup. Tidak mungkin mencapai kematangan dan
kesehatan psikologis yang positif tanpa melakukan pekerjaan yang penting dan
melakukan dengan dedikasi, komitmen, dan keterampilan-keterampilan.
6.
Pemahaman
Diri
Pengenalan diri yang memadai menuntut
pemahaman tentang hubungan/perbedaan antara gambaran tentang diri yang dimiliki
seseorang dengan dirinya menurut keadaan yang sesungguhnya. Semakin dekat
hubungan antara kedua gagasan ini, maka individu juga semakin matang. Hubungan
lain yang penting adalah hubungan antara apa yang dipikirkan orang-orang lain
tentang dirinya itu. Orang yang sehat terbuka pada pendapat orang-orang lain
dalam merumuskan suatu gambaran diri yang objektif.
Orang yang memiliki suatu tingkat pemahaman
diri (selfobjectification) yang tinggi atau wawasan diri tidak mungkin
memproyeksikan kualitas-kualitas pribadinya yang negatif epada orang lain.
Orang itu akan menadi hakim yang seksama terhadap orang-orang lain, dan
biasanya dia diterima dengan lebih baik oleh orang-orang lain. Allport juga
mengemukakan bahwa orang yang memiliki wawasan diri yang lebih baik adalah
lebih cerdas daripada orang yang memiliki wawasan diri yang kurang.
Selain
itu, terdapat korelasi yang tinggi antara tingkat wawasan diri dan perasaan
humor, yakni tipe humor yang menyangkut persepsi tentang hal-hal yang aneh dan
hal-hal yang mustahil serta kemampuan untuk menertawakan diri sendiri. (Allport
membedakan humor ini dari humor komik kasar yang menyangkut seks dan agresi).
7.
Filsafat
Hidup yang Mempersatukan
Orang-orang yang sehat melihat ke depan,
didorong oleh tujuantujuan dan rencana-rencana jangka panjang. Orang-orang ini
mempunyai suatu perasaan akan tujuan, suatu tugas untuk bekerja sampai selesai,
sebagai batu sendi kehidupan mereka, dan ini memberi kontinuitas bagi
kepribadian mereka.
Allport menyebut dorongan yng mempersatukan
ini “arah” (directness). Arah ini membimbing semua segi kehidupan seseorang
menuju suatu tujuan atau rangkaian tujuan) serta memberikan orang itu suatu
alasan untuk hidup. Tanpa tujuan kita mungkin akan mengalami masalah-masalah
kepribadian. Mustahil memiliki suatu kepribadian yang sehat tanpa
aspirasi-aspirasi dan arah ke masa depan.
Mungkin kerangka untuk tujuan-tujuan khusus
itu adalah ide tentang nilai-nilai. Allport menekankan bahwa nilai-nilai
(bersama dengan tujuan-tujuan) adalah sangat penting bagi perkembangan suatu
filsafat hidup yang mempersatukan. Seorang individu dapat memilih di antara
berbagai nilai-nilai dan nilai-nilai itu mungkin berhubungan dengan diri
sendiri atau mungkin nilai-nilai itu luas dan dimiliki oleh banyak orang lain.
Orang yang neurotis tidak memiliki
nilai-nilai atau hanya memiliki nilai-nilai yang terpecah-pecah dan bersifat
sementara. Nilai-nilai orang yang neurotis tidak tetap atau tidak cukup kuat
untuk mengikat atau mempersatukan semua segi kehidupan.
Suara hati juga berperan dalam suatu filsafat
hidup yang mempersatukan. Suara hati yang tidak matang sama seperti suara hati
kanak-kanak, yang patuh dan membudak, penuh dengan pembatasan-pembatasan dan
larangan-larangan yang dibawa dari masa kanak-kanak ke dalam masa dewasa. Suara
hati yang tidak matang bercirikan perasaan “harus” dan bukan “sebaiknya”. Suara
hati yang matang adalah suatu perasaan kewajiban dan tanggung jawab kepada diri
sendiri dan kepada orang-orang lain, dan mungkin berakar dalam nilai-nilai
agama dan nilai-nilai etis.
E.
PENDAPAT ROGERS
Teori kepribadian sehat menurut Rogers meliputi,
- Motivasi
Orang yang Sehat : Aktualisasi.
Rogers
menempatkan suatu dorongan – “satu satu kebutuhan fundamental” – dalam
sistemnya tentang kepribadian : memeliharakan, mengaktualisasikan, meningkatkan
semua segi individu. Kecenderungan ini dibawa sejak lahir dan meliputi
komponen-komponen pertumbuhan fisiologis dan psikologis, meskipun selama
tahunawal kehidupan, kecenderungan tersebut lebih terarah kepada segi-segi
fisiologis
Menurut
Rogers (1959), bayi mulai mengembangkan konsep diri yang samar saat sebagian
pengalaman mereka telah dipersonalisasikan dan dibedakan
dalam kesadaran pengalaman sebagai “aku” (“I”) atau “diriku” (“me”).
Saat
bayi telah membangun struktur diri yang mendasar, kecenderungan mereka untuk
aktualisasi mulai berkembang. Aktualisasi diri (self-actualization)
merupakan bagian dari kecenderungan aktualisasi sehingga tidak sama dengan
kecenderungan itu sendiri. Kecenderungan aktualisasi merujuk pada pengalaman
organisme dari individu; sehingga hal tersebut merujuk pada manusia secara keseluruhan
– kesadaran dan ketidaksadaran, fisiologis dan kognitif. Rogers (1959)
mengajukan dua subsistem, yaitu konsep diri (self-concept) dan diri ideal
(ideal self).
- Konsep
Diri
Konsep
diri meliputi seluruh aspek dalam keberadaan dan pengalaman seseorang yang
disadari (walaupun selalu tidak akurat) oleh individu tersebut. Konsep diri
tidak identik dengan diri organismik.
- Diri
Ideal
Subsistem
kedua dari diri adalah diri ideal, yang didefinisikan sebagai pandangann
seseorang atas diri sebagaimana yang diharapkannya. Diri ideal meliputi semua
atribut, biasanya yang positif, yang ingin dimiliki oleh seseorang. Perbedaan
yang besar antara diri ideal dan konsep diri
mengindikasikaninkongruensi dan merupakan kepribadian yag tidak sehat.
Individu yang sehat secara psikologis, melihat sedikit perbedaan antara konsep
dirinya dengan ap yang mereka inginkan secara ideal.
F.
PENDAPAT MASLOW
Hirarki Kebutuhan Individu
Kita
dapat berpikir tentang tingkat kebutuhan-kebutuhan diri Maslow
seperti suatu tangga; kita harus meletakkan kaki pada anak tangga pertama
sebelum anak tangga kedua, dan pada anak tangga kedua sebelum anak tangga
ketiga dan seterusnya. Dengan cara yang sama juga, kebutuhan yang paling rendah
dan paling kuat harus dipuaskan sebelum muncul kebutuhan tingkat kedua dan
seterusnya naik tingkat sampai muncul kebutuhan kelima dan yang paling tinggi –
aktualisasi-diri.
Jadi
prasyarat untuk mencapai aktualisasi-diri memuaskan empat kebutuhan yang berada
dalam tingkat lebih rendah: (1) kebutuhan-kebutuhan fisiologis, (2)
kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman, (3) kebutuhan-kebutuhan akan memiliki dan
cinta, (4) kebutuhan-kebutuhan akan penghargaan. Kebutuhan-kebutuhan ini harus
sekurang-kurangnya sebagiannya dipuaskan dalam urutan ini, sebelum timbul
kebutuhan akan aktualisasi-diri.
Menurut
Maslow psikologi harus lebih manusiawi, yaitu lebih memusatkan perhatiannya
pada masalah-masalah kemanusian. Ada empat ciri psikologi yang berorientasi
humanistik, yaitu:
- a)
Memusatkan perhatian pada person yang mengalami, dan karenanya
berfokus pada pengalaman sebagai fenomena primer dalam mempelajari
manusia.
- b)
Memberi tekanan pada kualitas-kualitas yang khas manusia, seperti
kreativitas, aktualisasi diri, sebagai lawan pandangan tentang manusia
yang mekanistis dan reduksionis.
- c)
Menyadarkan diri pada kebermaknaan dalam memilih masalah-masalah yang akan
dipelajari dan prosedur-prosedur penelitian yang akan digunakan.
- d)
Memberikan perhatian penuh dan meletakkan nilai yang tinggi pada kemuliaan
dan martabat manusia serta tertarik pada perkembangan potensi yang inheren
pada setiap individu (Misiak dan Sexton, 1988). Selain Maslow sebagai
tokoh dalam psikologi humanistik, juga Carl Rogers (1902-1987) yang
terkenal dengan client-centered therapy (Walgito, B 2002 : 80).
G. PENDAPAT FROMM
Salah
satu ciri pribadi yang sehat menurut Fromm, yaitu adanya kemampuan untuk hidup
dalam masyarakat sosial. Masyarakat sangat berperan penting dalam pembentukan
kepribadian. Masyarakat yang menjadikan seseorang berkepribadian sehat adalah
masyarakat yang hubungan sosialnya sangat manusiawi.
Ada
lima watak sosial dalam masyarakat, yaitu :
-
Penerimaan ( receptive )
-
Penimbunan ( hoarding )
-
Penjualan/pemasaran ( marketing )
-
Penghisapan/pemerasan ( exploitative )
-
Produktif ( productive )
Dari
kelima watak sosial ini yang benar – benar tepat dan sehat hanyalah watak
produktif karena watak produktif didorong oleh cinta dan akal budi dan dapat
membantu perkembangan dan pertumbuhan pribadi dan masyarakat.
Masyarakat
yang baik itu perlu ditopang dengan cinta. Oleh karena itu, Fromm menyebutkan 5
tipe yang berbeda tentang cinta, yaitu :
-
Cinta persaudaraan
-
Cinta keibuan
-
Cinta erotik
-
Cinta diri
-
Cinta illahi
Menurut
Fromm, pribadi yang sehat adalah pribadi yang mampu hidup hidup di masyarakat
sosial yang ditandai dengan hubungan – hubungan yang manusiawi, diwarnai oleh
solidaritas penuh cinta dan saling tidak merusak atau menyingkirkan. Dengan
demikian, menurut Fromm, orang yang berkepribadian sehat memiliki ciri – ciri
sebagai berikut :
1. Mampu mengembangkan hidupnya sebagai makhluk sosial di
dalam masyarakat
2. Mampu mencintai dan dicintai
3. Mampu mempercayai dan dipercayai tanpa memanipulasi
kepercayaan tsb
4. Mampu hidup bersolidaritas dengan orang lain tanpa
syarat
5. Mampu menjaga jarak antar dirinya dengan masyarakat
tanpa merusaknya
6. Memiliki watak sosial yang produktif
Referensi :
Basuki, Heru. 2008. Psikologi Umum. Jakarta :
Universitas Gunadarma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar