I.
Empowerment, Stress, dan Konflik
a.
Empowerment
·
Definisi Empowerment
Rappaport
mengartikan empowerment sebagai suatu cara dimana rakyat, organisasi dan
komunitas diarahkan agar dapat berkuasa atas kehidupannya.
b.
Stress
·
Definisi Stress
Menurut Robert S. Fieldman (1989) stress adalah suatu proses yang
menilai suatu peristiwa sebagai sesuatu yang mengancam, menantang,
ataupun membahayakan dan individu merespon peristiwa itu pada
level fisiologis, emosional, kognitif dan perilaku. Peristiwa yang memunculkan
stress dapat saja positif (misalnya: merencanakan perkawinan)
atau negatif (contoh: kematian keluarga). Sesuatu didefinisikan
sebagai peristiwa yang menekan (stressfull event) atau tidak, bergantung
pada respon yang diberikan oleh individu
·
Sumber Stress
Lazarus (1976)
membagi Stress ke dalam beberapa sumber, yaitu :
1. Frustasi,
yang akan muncul apabila usaha yang dilakukan individu untuk mencapai suatu
tujuan mendapat hambatan atau kegagalan. Hambatan ini dapat bersumber dari
lingkungan maupun dari dalam diri individu itu sendiri.
2. Konflik,
Stress akan muncul apabila individu dihadapkan pada keharusan memilih
satu di antara dua dorongan atau kebutuhan yang berlawanan atau yang terdapat
pada saat yang bersamaan.
3. Tekanan,
Stress juga akan muncul apabila individu mendapat tekanan atau paksaan
untuk mencapai hasil tertentu dengan cara tertentu. Sumber tekanan dapat
berasal dari lingkungan maupun dari dalam diri individu yang bersangkutan.
4.
Ancaman, antisipasi individu terhadap hal-hal
atau situasi yang merugikan atau tidak menyenangkan bagi dirinya juga merupakan
suatu yang dapat memunculkan
stress.
c. Konflik
·
Definisi Konflik
Konflik
artinya percekcokan, perselisihan dan pertentangan. Sedangkan konflik sosial
yaitu pertentangan antar anggota atau masyarakat yang bersifat menyeluruh
dikehidupan
·
Jenis – Jenis Konflik
1.
Konflik peranan yang terjadi
didalam diri seseorang (person-role conflict)
2.
Konflik antar peranan
(inter-role conflict)
3.
Konflik yang timbul karena
seseorang harus memenuhi harapan beberapa orang (intesender conflict)
4.
Konflik yang timbul karena
disampaikannya informasi yang saling bertentangan (intrasender conflict)
·
Proses Konflik
Menurut Smith, Proses terjadinya konflik
sebagai berikut :
1.
Tahap Antisipasi, yaitu
merasakan munculnya gejala perubahan yang mencurigakan.
2.
Tahap Menyadari, yaitu
perbedaan mulai dieksepsikan dalam bentuk suasana yang tidak mengenakkan.
3.
Tahap pembicaraan, yaitu
pendapat-pendapat berbeda mulai bermunculan.
4.
Tahap Perdebatan Terbuka,
yaitu perbedaan pendapat mulai ditunjukkan dengan nyata dan terbuka.
5.
Tahap Konflik Terbuka,
yaitu masing-masing pihak berusaha memaksakan kehendaknya kepada pihak lain.
d.
Contoh Kasus
Kasus yang terjadi di salah satu RS
yang terdapat di Propinsi Sulawesi Tenggara, menarik untuk dibahas. RS yang
dibangun pemerintah kolonial Belanda tahun 1940 ini terletak di pusat kota,
bahkan relatif padat lalu-lintas sekitarnya, secara topografi letaknya yang
strategis tadi, menjadikannya sebagai salah satu tujuan rujukan pasien lain
dari daerah sekitar, bahkan pasien dari kabupaten berbeda pun lebih memilih RS
ini dibanding tempat lain, pun kualifikasi tenaga medis yang tersedia cukup
lumayan untuk ukuran kota kecil.
Namun karena perkembangan dan kemajuan wilayah, di kemudian hari terlihat
bahwa ternyata proses pemekaran wilayah kabupaten tadi menjadi beberapa wilayah
daerah tingkat II yang baru menyertakan beberapa problem dilematis, seperti
pembagian asset, dimana diklaim sebagai milik kedua daerah, dengan tenaga medis
terlatih seperti dokter spesialis menjadi terseret pada tarik-menarik klaim
tadi, bahwa daerah ini atau daerah itu, yang memiliki dan berhak atas dokter
spesialis tersebut, dengan sejumlah problem hukum di dalamnya (dokter
spesialis tadi dibiayai dengan beasiswa pemda)
Selain itu masih ada persoalan lain, seperti :
1.
Dokter umum dan spesialis; terkesan lebih mengutamakan praktek swasta di
tempatnya masing-masing, dengan konsekuensi logis karena dokter spesialis
memiliki Klinik sendiri, mereka lebih fokus pada pelayanan pasien di Klinik
pribadi, bahkan pada banyak kasus itu mengurangi tingkat kekerapan kehadiran
dan pelayanan medis mereka di RS, sementara jumlah tenaga spesialis sangat
kurang. Akibatnya masyarakat terpaksa menanggung biaya kesehatan yang
membengkak, di banding pelayanan RS.
2.
Dokter ahli kebidanan memiliki Klinik bersalin sendiri, dengan tenaga bidan yang
diseleksi sendiri dari tenaga bidan yang ada di RS. Masalah yang muncul ialah
sejumlah tenaga bidan yang tak terpakai merasa dirugikan karena banyak pasien
yang hendak bersalin di RS, menjadi dialihkan ke klinik pribadi Dokter tadi,
belum lagi kecemburuan yang muncul karena kesenjangan penghasilan, sedikit
banyak akan berpengaruh pada pola relasi antara dokter dengan bidan atau antara
bidan denga bidan yang lain atau antara sang dokter dengan manajemen RS sendiri.
3.
Masyarakat
mengeluhkan tingginya biaya pelayanan kesehatan di RS
apalagi di tempat praktek pribadi. Di RS, para dokter cenderung lebih memilih
bekerjasama dengan perusahaan obat tertentu, ketimbang meresepkan obat yang
tertera dalam jaminan Askes maupun JPS. Sehingga citra RS dan tenaga medis
menjadi buruk karena kurang berpihak pada masyarakat.
4.
Suasana kerja dimana dokter masih terlalu
dominan, terlihat
cukup mengganggu fungsi dan kinerja tenaga kesehatan lainnya, hal ini didukung
pula oleh kebijakan RS yang tak terlalu memberi tempat bagi upaya promotif dan
preventif, namun masih mengedepankan kegiatan kuratif. Kesan tersebut terasa
kental tatkala kita mengamati tenaga kesehatan non dokter yang sebenarnya dapat
didayagunakan tetapi belum juga terpakai maksimal sebab terbentur kendala
political will pemimpin daerah tersebut. Akibatnya dokter dapat terjebak untuk
menjadi bergerak di luar hal yang semestinya.
5.
Sarana penunjang lainnya seperti laboratorium
dan pemeriksaan lainnya masih belum memadai, hal ini kurang lebih terkait dengan penganggaran sector kesehtan
di daerah tersebut masih belum menempati porsi yang cukup. Kinerja dari dinas
kesehatan juga kurang maksimal, seharusnya melakukan analisis kebutuhan, sesuai
skala prioritas. Alat-alat pemeriksaan penunjang yang terbatas tadi
berimplikasi pada kinerja pelayanan yang tak maksimal, dalam beberapa kasus,
pasien terpaksa harus dirujuk ke RS yang lebih lengkap karean keterbatasan
alat, ini artinya sekali lagi pasien harus menanggung biaya tambahan.
6.
Tenaga kesehatan lainnya seperti paramedik dan
suster senior terkesan kurang begitu bersahabat dengan manajemen RS, yang belum lagi mengelola RS dengan terbuka
dengan menerapkan konsep organisasi pelayanan kesehatan modern.
7.
Tenaga keamanan, kebersihan dan laundry tak
terlembagakan dengan rapi,
akibatnya banyak muncul masalah lain yang tak diinginkan.
8.
Tingkat perhatian pemerintah daerah terhadap
perbaikan kesejahteraan tenaga medis
berimplikasi nyata pada penyelenggaraan pelayanan yang sebenarnya akan dapat
lebih baik lagi, jika kesejahteraan seperti insentif daerah ditingkatkan, hal
tersebut kontras terasa kala dibandingkan dengan sederet program pengembangan
dan kemajuan kota.
9.
RS karena belum memiliki dokter spesialis tertentu, mengakibatkan penumpukan beban kerja pada dokter
spesialis yang telah ada.
Ada solusi yang telah ditawarkan seperti pemindahan RS ke areal yang lebih
luas, penyekolahan tenaga kesehatan, program arisan bulanan, menghidupkan
kembali budaya kritik lewat kebijakan kepala RS untuk membuka kotak saran, yang
dengan bebas dapat di akses oleh siapa saja, serta pengembangan koperasi
pegawai. Selain itu melakukan
penekanan-penekanan pada tenaga medis untuk tetap mematuhi kebijakan RS dan
pemerintah.
II.
Komunikasi dalam Manajemen
a. Pengertian Komunikasi
Hoveland (1984: 371) mendefinisikan
komunikasi, proses dimana individu mentransmisikan stimulus untuk mengubah
perilaku individu yang lain.
b. Proses – Proses Komunikasi
Secara linier,
proses komunikasi sedikitnya melibatkan empat (4) elemen atau komponen sebagai
berikut,
·
Sumber/pengiriman
pesan/komunikator, yakni seseorang atau sekelompok orang atau suatu
organisasi/institusi yang mengambil inisiatif menyampaikan pesan.
·
Pesan,
berupa lambang atau tanda seperti kata-kata tertulis atau secara lisan, gambar,
angka, gestura.
·
Saluran,
yakni sesuatu yang dipakai sebagai alat penyampaian/ pengiriman pesan (misalnya
telepon, radio, surat, surat kabar, majalah, TV, gelombang udara dalam konteks
komunikasi antarpribadi secara tatap muka).
·
Penerima/komunikan,
yakni seseorang atau sekelompok orang atau organisasi/ institusi yang dijadikan
sasaran penerima pesan.
c. Hambatan Komunikasi
·
Hambatan
komunikasi individu (antarmanusia).
a. Hambatan
Komunikasi Antar Manusia
Agar
dapat saling memahami komunikator dan komunikan harus memiliki pengertian yang
sama mengenai kata, gerakan badan, nada suara, dan simbol-simbol lainnya.
Hambatan komunikasi antarmanusia dapat berupa
b.
Perbedaan Persepsi dan Bahasa
Persepsi
merupakan interpretasi pribadi atas sesuatu hal. Definisi seseorang mengenai
suatu kata mungkin berbeda dengan orang lain
c. Pendekatan
yang buruk
Walaupun
sudah mengetahui cara mendengar yang baik, ternyata menjadi pendengar yang baik
tidaklah mudah. Dalam keadaan melamun atau lelah memikirkan masalah lain,
seseorang cenderung kehilangan minat mendengarnya.
d. Gangguan
Emosional
Dalam
keadaan kecewa, marah, sedih, atau takut, seseorang akan merasa kesulitan saat
menyusun pesan atau menerima pesan dengan baik. Secara praktis, tidak mungkin
menghindari komunikasi ketika sedang ada dalam keadaan emosi. Kesalahpahaman
sering terjadi akibat gangguan emosional.
e. Perbedaan Budaya
Berkomunikasi
dengan orang yang berbeda budaya tidak dapat dihindari, terlebih lagi zaman
globalisasi ini. Perbedaan budaya merupakan hambatan yang paling sulit diatasi.
f.
Gangguan Fisik
Pengirim atau penerima mungkin terganggu
oleh hambatan yang bersifat fisik seperti akustik yang jelek, tulisan yang
tidak dapat dibaca, cahaya yang redup, atau masalah kesehatan. Gangguan fisik bisa mengganggu konsentrasi dalam
berkomunikasi.
·
Hambatan Komunikasi Dalam
Organisasi
a.
Kelebihan Beban Informasi dan
Pesan Yang Bersaing
Perkembangan teknologi telah menyebabkan jumlah pesan dalam
suatu organisasi meningkat tajam hingga kecepatan yang semakin tinggi. Pesan
melalui surat-surat dari pos, email dan telephon dari berbagai sumber telah
membanjiri organisasi dan masing-masing bersaing untuk memperoleh perhatian
lebih awal. Hal itu bisa berakibat pada adanya pesan yang tidak ditanggapi,
pesan yang dianggap tidak penting, atau pemberian respons yang tidak akurat.
b. Penyaringan Yang Tidak Tepat
Ketika meneruskan suatu pesan
kepada orang lain dalam organisasi, biasanya terjadi penyaringan yang dilakukan
dengan memotong atau menyingkat pesan. Pesan dalam organisasi dikirim melalui
berbagai saringan. Misalnya melewati penjaga pintu terlebih dahulu, karyawan
kantor depan, sekretaris, baru kemudian sampai kepada pimpinan. Bisa jadi suatu
pesan penting tidak sampai sebagian atau bahkan seluruhnya karena telah
dipotong atau dibuang.
c. Iklan
Komunikasi Tertutup atau Tidak Memadai
Pertukaran informasi yang bebas dan
terbuka merupakan salah satu ciri komunikasi yang efektif. Iklim komunikasi
sangat terkait dengan gaya kepemimpinan. Gaya
manajemen yang tertutup cenderung menghambat pertukaran informasi. Demikian
pula saluran yang terlalu banyak bisa mengubah pesan ketika bergerak vertikal
atau horisontal dalam sebuah organisasi.
d. Pengertian
Komunikasi Interpersonal efektif dalam organisasi
Komunikasi
interpersonal dapat dikatakan efektif apabila pesan diterima dan dimengerti
sebagaimana dimaksud oleh pengirim pesan, pesan ditindalanjuti dengan sebuah
pembuatan secara sukarela oleh penerima pesan, dapat meningkatkan kualitas
hubungan antar pribadi, dan tidak ada hambatan akan hal itu. Komunikasi
interpersonal efektif adalah komunikasi yang terkandung dalam tatao muka dan
slaing mempengaruhi, mendengarkan, menyampaikan pernyataan, keterbukaan,
kepekaan yang merupakan cara paling efektif dalam mengubah sikap, pendapat dan
perilaku seseorang dengan efek umpan balik secara langsung.
Adapun komunikasi efektif dalam organisasi mencakup dua jenis, yakni:
Adapun komunikasi efektif dalam organisasi mencakup dua jenis, yakni:
·
Componential
Menjelaskan komunikasi antar pribadi denganmengamati komponen-komponen utamanya, dalam hal ini adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik dengan segera.
Menjelaskan komunikasi antar pribadi denganmengamati komponen-komponen utamanya, dalam hal ini adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik dengan segera.
·
Situational
Interaksi
tatap muka antara dua orang dengan potensi umpan balik langsung dengan situasi
yang mendukung di sekitarnya.
·
Model Pengolahan Informasi
dalam Komunikasi
Model
ini berdasarkan teori belajar kognitif (Piaget) dan berorientasi pada kemampuan
seseorang dalam memproses informasi untuk memperbaiki kemmapuannya. Pengolahan
informasi mengacu kepada cara orang menangani rangsangandari lingkungan,
mengorganisasi data, mengembangkan konsep dan memecahkan masalah, serta
mengunakan lambang verbal dan non verbal.
Model
pengolahan informasi mencakup empat jenis, yaitu:
·
Rational
Model ini
berasumsi bahwa orang beroperasi dalam model pengolahan dikontrol menggunakan
prosedur analitis
·
Limited Capacity
Model ini menunjukan bagaimana orang
menyatakan pengolahan informasi.
·
Expert
Model
ini bergantung pada model limited capacity.
·
Cybernetic
Model
ini berpendapat bahwa informasi diproses dari waktu ke waktu.
e. Model
Interaktif Manajemen dalam Komunikasi Model
interaktif manajemen mencakup lima jenis, yaitu:
·
Confidence
Dalam manajemen, timbulnya suatu interkasi karena adanya rasa nyaman. Kenyamanan tersebut dapat membuat suatu organisasi bertahan lama dan menimbulkan suatu kepercayaan dan pengertian.
Dalam manajemen, timbulnya suatu interkasi karena adanya rasa nyaman. Kenyamanan tersebut dapat membuat suatu organisasi bertahan lama dan menimbulkan suatu kepercayaan dan pengertian.
·
Immediacy
Model organisasi yang membuat suatu organisasi tersbeut menjadi segar dan tidak membosankan.
Model organisasi yang membuat suatu organisasi tersbeut menjadi segar dan tidak membosankan.
·
Interaction
Management
Adanya berbagai interaksi
dalam manajemen, seperti mendengarkan dan juga menjelaskan kepada berbagai
pihak yang bersangkutan.
·
Expressiveness
Mengembangkan suatu komitmen dalam suatu organisasi dengan berbagai macam ekspresi perilaku.
Mengembangkan suatu komitmen dalam suatu organisasi dengan berbagai macam ekspresi perilaku.
·
Other Orientation
Adanya komunikasi antara
komunikasi dengan satu pihak ke pihak lain, sebagai tukar menukar informasi.
Adi Fahrudin,
Ph. D.,. (2012). Pemberdayaan, Partisipasi dan
Penguatan Kapasitas Masyarakat. Bandung:
Humaniora
Fitri
Fausiah, Julianti Widury. (2007). Psikologi
Abnormal. Jakarta:UI-Press
Gundarmauniversity. Teori Organisasi Umum. Lista.staff.gunadarma.ac.id. 16/10/2017.
2:19
Kamus
Besar Bahasa Indonesia. (2005). Jakarta:
Balai Pustaka
Sopiah, (2008). Perilaku
Organisasional. Yogyakarta:Andi Offset.
Wiryanto. (2004). Pengantar
Ilmu Komunikasi. Jakarta:Grasindo