Minggu, 15 Januari 2017

Tugas 4 Psikologi Manajemen: Empowerment, Stress, dan Konflik




I.                   Empowerment, Stress, dan Konflik
a.       Empowerment
·         Definisi Empowerment
Rappaport mengartikan empowerment sebagai suatu cara dimana rakyat, organisasi dan komunitas diarahkan agar dapat berkuasa atas kehidupannya.
b.      Stress
·         Definisi Stress
Menurut Robert S. Fieldman (1989) stress adalah suatu proses yang menilai suatu peristiwa sebagai sesuatu yang mengancam, menantang, ataupun membahayakan dan individu merespon peristiwa itu pada level fisiologis, emosional, kognitif dan perilaku. Peristiwa yang memunculkan stress dapat saja positif (misalnya: merencanakan perkawinan) atau negatif (contoh: kematian keluarga). Sesuatu didefinisikan sebagai peristiwa yang menekan (stressfull event) atau tidak, bergantung pada respon yang diberikan oleh individu
·         Sumber Stress
Lazarus (1976) membagi Stress ke dalam beberapa sumber, yaitu :
1.      Frustasi, yang akan muncul apabila usaha yang dilakukan individu untuk mencapai suatu tujuan mendapat hambatan atau kegagalan. Hambatan ini dapat bersumber dari lingkungan maupun dari dalam diri individu itu sendiri.
2.      Konflik, Stress akan muncul apabila individu dihadapkan pada keharusan memilih satu di antara dua dorongan atau kebutuhan yang berlawanan atau yang terdapat pada saat yang bersamaan.
3.      Tekanan, Stress juga akan muncul apabila individu mendapat tekanan atau paksaan untuk mencapai hasil tertentu dengan cara tertentu. Sumber tekanan dapat berasal dari lingkungan maupun dari dalam diri individu yang bersangkutan.
4.      Ancaman, antisipasi individu terhadap hal-hal atau situasi yang merugikan atau tidak menyenangkan bagi dirinya juga merupakan suatu yang dapat memunculkan stress.
c.       Konflik
·         Definisi Konflik
Konflik artinya percekcokan, perselisihan dan pertentangan. Sedangkan konflik sosial yaitu pertentangan antar anggota atau masyarakat yang bersifat menyeluruh dikehidupan
·         Jenis – Jenis Konflik
1.      Konflik peranan yang terjadi didalam diri seseorang (person-role conflict)
2.      Konflik antar peranan (inter-role conflict)
3.      Konflik yang timbul karena seseorang harus memenuhi harapan beberapa orang (intesender conflict)
4.      Konflik yang timbul karena disampaikannya informasi yang saling bertentangan (intrasender conflict)
·         Proses Konflik
Menurut Smith, Proses terjadinya konflik sebagai berikut :
1.      Tahap Antisipasi, yaitu merasakan munculnya gejala perubahan yang mencurigakan.
2.      Tahap Menyadari, yaitu perbedaan mulai dieksepsikan dalam bentuk suasana yang tidak mengenakkan.
3.      Tahap pembicaraan, yaitu pendapat-pendapat berbeda mulai bermunculan.
4.      Tahap Perdebatan Terbuka, yaitu perbedaan pendapat mulai ditunjukkan dengan nyata dan terbuka.
5.      Tahap Konflik Terbuka, yaitu masing-masing pihak berusaha memaksakan kehendaknya kepada pihak lain.
d.      Contoh Kasus
Kasus yang terjadi di salah satu RS yang terdapat di Propinsi Sulawesi Tenggara, menarik untuk dibahas. RS yang dibangun pemerintah kolonial Belanda tahun 1940 ini terletak di pusat kota, bahkan relatif padat lalu-lintas sekitarnya, secara topografi letaknya yang strategis tadi, menjadikannya sebagai salah satu tujuan rujukan pasien lain dari daerah sekitar, bahkan pasien dari kabupaten berbeda pun lebih memilih RS ini dibanding tempat lain, pun kualifikasi tenaga medis yang tersedia cukup lumayan untuk ukuran kota kecil.
Namun karena perkembangan dan kemajuan wilayah, di kemudian hari terlihat bahwa ternyata proses pemekaran wilayah kabupaten tadi menjadi beberapa wilayah daerah tingkat II yang baru menyertakan beberapa problem dilematis, seperti pembagian asset, dimana diklaim sebagai milik kedua daerah, dengan tenaga medis terlatih seperti dokter spesialis menjadi terseret pada tarik-menarik klaim tadi, bahwa daerah ini atau daerah itu, yang memiliki dan berhak atas dokter spesialis tersebut, dengan sejumlah problem hukum di dalamnya (dokter spesialis tadi dibiayai dengan beasiswa pemda)
Selain itu masih ada persoalan lain, seperti :
1.      Dokter umum dan spesialis; terkesan lebih mengutamakan praktek swasta di tempatnya masing-masing, dengan konsekuensi logis karena dokter spesialis memiliki Klinik sendiri, mereka lebih fokus pada pelayanan pasien di Klinik pribadi, bahkan pada banyak kasus itu mengurangi tingkat kekerapan kehadiran dan pelayanan medis mereka di RS, sementara jumlah tenaga spesialis sangat kurang. Akibatnya masyarakat terpaksa menanggung biaya kesehatan yang membengkak, di banding pelayanan RS.
2.      Dokter ahli kebidanan memiliki Klinik bersalin sendiri, dengan tenaga bidan yang diseleksi sendiri dari tenaga bidan yang ada di RS. Masalah yang muncul ialah sejumlah tenaga bidan yang tak terpakai merasa dirugikan karena banyak pasien yang hendak bersalin di RS, menjadi dialihkan ke klinik pribadi Dokter tadi, belum lagi kecemburuan yang muncul karena kesenjangan penghasilan, sedikit banyak akan berpengaruh pada pola relasi antara dokter dengan bidan atau antara bidan denga bidan yang lain atau antara sang dokter dengan manajemen RS sendiri.
3.      Masyarakat mengeluhkan tingginya biaya pelayanan kesehatan di RS apalagi di tempat praktek pribadi. Di RS, para dokter cenderung lebih memilih bekerjasama dengan perusahaan obat tertentu, ketimbang meresepkan obat yang tertera dalam jaminan Askes maupun JPS. Sehingga citra RS dan tenaga medis menjadi buruk karena kurang berpihak pada masyarakat.
4.      Suasana kerja dimana dokter masih terlalu dominan, terlihat cukup mengganggu fungsi dan kinerja tenaga kesehatan lainnya, hal ini didukung pula oleh kebijakan RS yang tak terlalu memberi tempat bagi upaya promotif dan preventif, namun masih mengedepankan kegiatan kuratif. Kesan tersebut terasa kental tatkala kita mengamati tenaga kesehatan non dokter yang sebenarnya dapat didayagunakan tetapi belum juga terpakai maksimal sebab terbentur kendala political will pemimpin daerah tersebut. Akibatnya dokter dapat terjebak untuk menjadi bergerak di luar hal yang semestinya.
5.      Sarana penunjang lainnya seperti laboratorium dan pemeriksaan lainnya masih belum memadai, hal ini kurang lebih terkait dengan penganggaran sector kesehtan di daerah tersebut masih belum menempati porsi yang cukup. Kinerja dari dinas kesehatan juga kurang maksimal, seharusnya melakukan analisis kebutuhan, sesuai skala prioritas. Alat-alat pemeriksaan penunjang yang terbatas tadi berimplikasi pada kinerja pelayanan yang tak maksimal, dalam beberapa kasus, pasien terpaksa harus dirujuk ke RS yang lebih lengkap karean keterbatasan alat, ini artinya sekali lagi pasien harus menanggung biaya tambahan.
6.      Tenaga kesehatan lainnya seperti paramedik dan suster senior terkesan kurang begitu bersahabat dengan manajemen RS, yang belum lagi mengelola RS dengan terbuka dengan menerapkan konsep organisasi pelayanan kesehatan modern.
7.      Tenaga keamanan, kebersihan dan laundry tak terlembagakan dengan rapi, akibatnya banyak muncul masalah lain yang tak diinginkan.
8.      Tingkat perhatian pemerintah daerah terhadap perbaikan kesejahteraan tenaga medis berimplikasi nyata pada penyelenggaraan pelayanan yang sebenarnya akan dapat lebih baik lagi, jika kesejahteraan seperti insentif daerah ditingkatkan, hal tersebut kontras terasa kala dibandingkan dengan sederet program pengembangan dan kemajuan kota.
9.      RS karena belum memiliki dokter spesialis tertentu, mengakibatkan penumpukan beban kerja pada dokter spesialis yang telah ada.
Ada solusi yang telah ditawarkan seperti pemindahan RS ke areal yang lebih luas, penyekolahan tenaga kesehatan, program arisan bulanan, menghidupkan kembali budaya kritik lewat kebijakan kepala RS untuk membuka kotak saran, yang dengan bebas dapat di akses oleh siapa saja, serta pengembangan koperasi pegawai. Selain itu melakukan penekanan-penekanan pada tenaga medis untuk tetap mematuhi kebijakan RS dan pemerintah.
II.                Komunikasi dalam Manajemen
a.       Pengertian Komunikasi
Hoveland (1984: 371) mendefinisikan komunikasi, proses dimana individu mentransmisikan stimulus untuk mengubah perilaku individu yang lain.
b.      Proses – Proses Komunikasi
Secara linier, proses komunikasi sedikitnya melibatkan empat (4) elemen atau komponen sebagai berikut,
·         Sumber/pengiriman pesan/komunikator, yakni seseorang atau sekelompok orang atau suatu organisasi/institusi yang mengambil inisiatif menyampaikan pesan.
·         Pesan, berupa lambang atau tanda seperti kata-kata tertulis atau secara lisan, gambar, angka, gestura.
·         Saluran, yakni sesuatu yang dipakai sebagai alat penyampaian/ pengiriman pesan (misalnya telepon, radio, surat, surat kabar, majalah, TV, gelombang udara dalam konteks komunikasi antarpribadi secara tatap muka).
·         Penerima/komunikan, yakni seseorang atau sekelompok orang atau organisasi/ institusi yang dijadikan sasaran penerima pesan.
c.       Hambatan Komunikasi
·         Hambatan komunikasi individu (antarmanusia).
a.       Hambatan Komunikasi Antar Manusia
Agar dapat saling memahami komunikator dan komunikan harus memiliki pengertian yang sama mengenai kata, gerakan badan, nada suara, dan simbol-simbol lainnya. Hambatan komunikasi antarmanusia dapat berupa
b.      Perbedaan Persepsi dan Bahasa
Persepsi merupakan interpretasi pribadi atas sesuatu hal. Definisi seseorang mengenai suatu kata mungkin berbeda dengan orang lain
c.       Pendekatan yang buruk
Walaupun sudah mengetahui cara mendengar yang baik, ternyata menjadi pendengar yang baik tidaklah mudah. Dalam keadaan melamun atau lelah memikirkan masalah lain, seseorang cenderung kehilangan minat mendengarnya.
d.      Gangguan Emosional
Dalam keadaan kecewa, marah, sedih, atau takut, seseorang akan merasa kesulitan saat menyusun pesan atau menerima pesan dengan baik. Secara praktis, tidak mungkin menghindari komunikasi ketika sedang ada dalam keadaan emosi. Kesalahpahaman sering terjadi akibat gangguan emosional.
e.       Perbedaan Budaya
Berkomunikasi dengan orang yang berbeda budaya tidak dapat dihindari, terlebih lagi zaman globalisasi ini. Perbedaan budaya merupakan hambatan yang paling sulit diatasi.
f.       Gangguan Fisik
Pengirim atau penerima mungkin terganggu oleh hambatan yang bersifat fisik seperti akustik yang jelek, tulisan yang tidak dapat dibaca, cahaya yang redup, atau masalah kesehatan. Gangguan fisik bisa mengganggu konsentrasi dalam berkomunikasi.
·         Hambatan Komunikasi Dalam Organisasi
a.       Kelebihan Beban Informasi dan Pesan Yang Bersaing
Perkembangan teknologi telah menyebabkan jumlah pesan dalam suatu organisasi meningkat tajam hingga kecepatan yang semakin tinggi. Pesan melalui surat-surat dari pos, email dan telephon dari berbagai sumber telah membanjiri organisasi dan masing-masing bersaing untuk memperoleh perhatian lebih awal. Hal itu bisa berakibat pada adanya pesan yang tidak ditanggapi, pesan yang dianggap tidak penting, atau pemberian respons yang tidak akurat.
b.   Penyaringan Yang Tidak Tepat
Ketika meneruskan suatu pesan kepada orang lain dalam organisasi, biasanya terjadi penyaringan yang dilakukan dengan memotong atau menyingkat pesan. Pesan dalam organisasi dikirim melalui berbagai saringan. Misalnya melewati penjaga pintu terlebih dahulu, karyawan kantor depan, sekretaris, baru kemudian sampai kepada pimpinan. Bisa jadi suatu pesan penting tidak sampai sebagian atau bahkan seluruhnya karena telah dipotong atau dibuang.
c.       Iklan Komunikasi Tertutup atau Tidak Memadai
Pertukaran informasi yang bebas dan terbuka merupakan salah satu ciri komunikasi yang efektif. Iklim komunikasi sangat terkait dengan gaya kepemimpinan. Gaya manajemen yang tertutup cenderung menghambat pertukaran informasi. Demikian pula saluran yang terlalu banyak bisa mengubah pesan ketika bergerak vertikal atau horisontal dalam sebuah organisasi.
d.      Pengertian Komunikasi Interpersonal efektif dalam organisasi
Komunikasi interpersonal dapat dikatakan efektif apabila pesan diterima dan dimengerti sebagaimana dimaksud oleh pengirim pesan, pesan ditindalanjuti dengan sebuah pembuatan secara sukarela oleh penerima pesan, dapat meningkatkan kualitas hubungan antar pribadi, dan tidak ada hambatan akan hal itu. Komunikasi interpersonal efektif adalah komunikasi yang terkandung dalam tatao muka dan slaing mempengaruhi, mendengarkan, menyampaikan pernyataan, keterbukaan, kepekaan yang merupakan cara paling efektif dalam mengubah sikap, pendapat dan perilaku seseorang dengan efek umpan balik secara langsung.
Adapun komunikasi efektif dalam organisasi mencakup dua jenis, yakni:
·         Componential
Menjelaskan komunikasi antar pribadi denganmengamati komponen-komponen utamanya, dalam hal ini adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik dengan segera.
·         Situational
Interaksi tatap muka antara dua orang dengan potensi umpan balik langsung dengan situasi yang mendukung di sekitarnya.
·         Model Pengolahan Informasi dalam Komunikasi
Model ini berdasarkan teori belajar kognitif (Piaget) dan berorientasi pada kemampuan seseorang dalam memproses informasi untuk memperbaiki kemmapuannya. Pengolahan informasi mengacu kepada cara orang menangani rangsangandari lingkungan, mengorganisasi data, mengembangkan konsep dan memecahkan masalah, serta mengunakan lambang verbal dan non verbal.
                        Model pengolahan informasi mencakup empat jenis, yaitu:
·         Rational
Model ini berasumsi bahwa orang beroperasi dalam model pengolahan dikontrol menggunakan prosedur analitis
·         Limited Capacity
      Model ini menunjukan bagaimana orang menyatakan pengolahan informasi.
·         Expert
Model ini bergantung pada model limited capacity.
·         Cybernetic
Model ini berpendapat bahwa informasi diproses dari waktu ke waktu.

e.       Model Interaktif Manajemen dalam Komunikasi Model interaktif manajemen mencakup lima jenis, yaitu:
·         Confidence
Dalam manajemen, timbulnya suatu interkasi karena adanya rasa nyaman. Kenyamanan tersebut dapat membuat suatu organisasi bertahan lama dan menimbulkan suatu kepercayaan dan pengertian.
·         Immediacy
Model organisasi yang membuat suatu organisasi tersbeut menjadi segar dan tidak membosankan.
·         Interaction Management
Adanya berbagai interaksi dalam manajemen, seperti mendengarkan dan juga menjelaskan kepada berbagai pihak yang bersangkutan.
·         Expressiveness
Mengembangkan suatu komitmen dalam suatu organisasi dengan berbagai macam ekspresi perilaku.
·         Other Orientation
Adanya komunikasi antara komunikasi dengan satu pihak ke pihak lain, sebagai tukar menukar informasi.



Adi Fahrudin, Ph. D.,. (2012). Pemberdayaan, Partisipasi dan Penguatan Kapasitas Masyarakat. Bandung: Humaniora
Fitri Fausiah, Julianti Widury. (2007). Psikologi Abnormal. Jakarta:UI-Press
Gundarmauniversity. Teori Organisasi Umum. Lista.staff.gunadarma.ac.id. 16/10/2017. 2:19
Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2005). Jakarta: Balai Pustaka
Sopiah, (2008). Perilaku Organisasional. Yogyakarta:Andi Offset.
Wiryanto. (2004). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta:Grasindo